Kecelakaan Terindah

Serupa larutan pewarna. Ia kerap menjelma ‘kecelakaan terindah’. Dan menjadi lukisan megah dengan harga yang wah.


Serupa pelukis. Ia tak hanya memperhatikan estetika, tetapi juga komposisi warna agar tetap indah dipandang. Agar tak mudah lekang.


Dan serupa lukisan. Ia akan awet jika kita mau memeliharanya. Agar tak cepat memudar warnanya. Agar tidak mudah kusam bentuknya.


Begitulah cinta kita mewujud. Dan begitulah memelihara cinta.


Pertemuan kita adalah kebetulan. Atau mungkin juga ’kecelakaan’.
Pertemuan yang berbuah pertemanan. Hingga kita sama-sama tak sadar ada ’kecelakaan terindah’ bernama cinta.
Ya, 'kecelakaan terindah' seperti dalam lukisan itu adalah cinta.


Cinta yang harus terus menerus dipelihara, hingga akhir hayat kita.
Ketika kita sama-sama enggan memelihara cinta, jangan menangis jika cinta menjumpai babak terakhirnya. Bisa saja menyedihkan dan memilukan.


Memilih babak akhir cinta bahagia atau duka?
Jawabnya ada pada DIA dan bagaimana kita memelihara cinta.

Si Pengamen Kecil

Aku ingin engkau ada disini
Menemaniku saat sepi
Menemaniku saat gundah
Berat hidup ini tanpa dirimu
Ku hanya mencintai kamu
Ku hanya memiliki kamu

Reff:
Aku rindu setengah mati kepadamu
Sungguh ku ingin kau tahu
Aku rindu setengah mati
Meski tlah lama kita tak bertemu
Ku slalu memimpikan kamu
Ku tak bisa hidup tanpamu
Aku rindu setengah mati kepadamu
Sungguh ku ingin kau tahu
Ku tak bisa hidup tanpamu
Aku rindu…
**D Masiv – Rindu Setengah Mati Feat Kevin Vierra

Adakah di antara teman-teman yang hafal dengan lirik lagu di atas? Atau familiar mendengarkan lagu itu?
Hmm... pasti sebagian besar jawabannya IYA! :D *ngasal*

Saya tidak sedang mengajak teman-teman untuk main tebak-tebakan, pun mengajak untuk menghafal liriknya atau sekedar mendengarkannya. Tidak. Saya sedang teringat dengan pengamen kecil di metromini (Kopaja) yang sering saya tumpangi.

Malam hari, bulan Februari 2010. Tanggalnya lupa.

Dalam kondisi penat, diiringi suara mesin metromini yang menderu, dan hujan deras yang seolah tumpah ruah dari langit, lamat-lamat terdengar suara anak kecil menyanyikan lagu itu. Hampir tidak terdengar! Meski semua penumpang diam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Saya yang semula setengah memejamkan mata sembari berdoa, merasa terusik dan terjaga mencari-cari suara siapa gerangan.
Setengah kaget ketika saya mendapati anak kecil yang usianya baru enam tahun (perkiraan saya) mencubit lehernya sendiri agar suaranya bisa terdengar oleh orang lain! Setengah berteriak dia menyanyikan lagu itu. Padahal belum tentu penumpang yang ada di dalam metromini terhibur. Padahal belum tentu penumpang peduli dengan keberadaannya. Bahkan mungkin ada yang tidak senang dengan kehadirannya.

Saya cek jam dari handphone. Sudah lewat pukul sembilan malam. Oh Tuhan.. Sudah jam segini dan bocah kecil ini masih mengais rupiah di tengah hujan deras dan dinginnya malam tanpa alas kaki. Hanya berbalut kaus dan celana pendek lusuh! Fiiuuuuhhh...

Tiba-tiba, mata saya panas. Sedih. Bahkan ketika menulis postingan ini. Perih rasanya melihat perjuangan hidupnya.
Allahu Robbi... Limpahkan rizki kepadanya.
.
.
.
.
.
.
Pada kesempatan lain, di metromini yang berbeda, saya menemukan beberapa pengamen yang menyanyikan lagu di atas. Dan tiap kali mendengarnya, saya teringat anak kecil yang saya temui malam itu. Anak kecil yang berusaha mencari uang dengan menghibur penumpang. Meski dia tidak tahu keberadaannya di metromini dianggap apa oleh mereka yang 'beruang'.

Selamat weekend.. Apakah teman-teman juga menemukan pengamen dengan lagu yang sama?
 
Cerita Kita Blog Design by Ipietoon