29 Februari

Tidak ada yang spesial dengan tanggal 29 Februari. Cuma tidak ingin melewatkannya begitu saja. Tanggal yang hanya muncul empat tahun sekali ini tentu menarik perhatian banyak orang.

Banyak yang mencari tahu apa yang terjadi di tanggal ini. Mulai dari yang lahir di tanggal 29 Februari 2012, yang berulang tahun, kejadian unik, dan sebagainya.



Catatan penting di tanggal ini versi saya:

1. Berita politik konyol

Ini tentang sidang kasus wisma atlet yang menurut saya lebih cocok disebut sidang sinetron.



2. Berita duka

Pimpinan Ponpes Langitan Tuban Kyai Abdullah Faqih meninggal dunia.



3. Berita memalukan

Indonesia dikalahkan Bahrain dengan skor 0-10. Kalau kata Moammar Emka di twitternya, "Timnas dikalahkan Bahrain 0-10! Utk kasus ini, kalah menang emang soal biasa tapi maluuunyaaa itu luar biasa!"



Tiga saja yah, pegal posting lewat hp!





Saya pribadi mencatat tanggal ini sebagai tanggal penutup yang indah. Meski ada banyak kejadian yang kurang mengenakan hati. Tapi, saya ingin mencatatnya sebagai tanggal yang indah. Perspektif yang positif itu sangat baik untuk mendukung permulaan bulan Maret esok.



Good bye Februari, good bye kabisat.. And welcome March!

Please, be nice to me.. :p





*picture taken from www.orbit-digital.com

Public Display of Affection

Di era serba digital seperti sekarang ini, ada banyak cara untuk 'unjuk diri'. Termasuk unjuk diri dalam bermesraan dengan pasangan di depan orang lain. Yang sudah resmi, maupun yang baru saja menjajaki.

Ada yang bersahutan di twitter dan ada juga yang berbagi kata romantis di status facebook. Geli sih ya bacanya. Tapi itu sah-sah saja. Nggak ada yang melarang.

Setiap orang punya cara sendiri-sendiri untuk mengungkapkan perasaan dan kasih sayangnya.

Ada yang bilang begini, to some people love doesn't exist unless you acknowledge it in front of other people..

Ada benarnya juga. Tapi bukan berarti pasangan yang tidak pernah mengungkapkan kasih sayangnya di social media itu tidak cinta, tidak romantis, atau apalah namanya.

Bisa jadi orang yang seperti ini, tipikal pasangan yang nggak suka mengumbar kemesraan di depan orang lain. Dia hanya mau, kemesraannya diketahui dan dirasakan untuk pasangannya seorang. Bukan orang lain.

Lagi-lagi, yang harus diingat, setiap orang punya cara sendiri-sendiri untuk mengungkapkan perasaan dan kasih sayangnya.

Dan semuanya nggak masalah.

Hanya saja.. Buat yang suka bermesraan di social media, ada baiknya nggak terlalu sering. Nggak tiap hari lah.. Supaya yang baca nggak gerah, bosan, atau nyeletuk, "ih, norak!"

Kecuali sodara mau disamakan dengan a-be-ge alay yang baru kenal cinta monyet. Ups!



Buatku, membisikkan kata I LOVE YOU sebelum tidur sudah lebih dari cukup..



Just share what's on my mind.. :)

http://www.cartoonstock.com/

Anak Kaki Gunung, Kenapa Berhenti Tayang?

Dari judulnya saja bisa ditebak kan, saya mau membahas tentang apa? Ya! Saya sedang gandrung dengan sinetron penuh pendidikan moral berjudul Anak Kaki Gunung yang CUMA tayang 15 episode! Sangat disesalkan. Tontonan bermutu harus berhenti tayang Selasa lalu. Tontonan penuh pendidikan budi pekerti dan keteladanan hanya tayang tidak lebih dari dua bulan!

Saya tidak habis pikir, kenapa sinetron yang hanya menyuguhkan kehidupan glamour, cekcok, adegan kasar, dan rencana-rencana jahat bisa bertahan tayang hingga beratus-ratus episode. Bisa muncul di prime time sampai beranak cucu. Bermusim-musim.

Speechless. Terdengar lebay. Tapi saya betul-betul kehilangan dengan berhentinya tayangan Anak Kaki Gunung ini. :(



Sekedar info. Sinetron ini bercerita tentang keluarga kecil Mak Nur dan Pak Syahdan. Mereka memiliki empat anak, Eliana, Pukat, Burhan, dan Amelia. Sehari-hari mereka belajar di sekolah dasar yang sederhana dan mengaji setelah Maghrib. Bersahabat dengan alam dan menjaganya.

Berlatar anak-anak di kaki gunung Singgalang, Sumatera Barat, ada banyak nilai-nilai budi pekerti yang bisa dipetik dari sinetron ini.

Ceritanya diangkat dari novel karya Tere Liye berjudul Anak-Anak Mamak.



Episode terakhirnya berhasil membuat saya dan adik saya nangis bareng. Terharu dengan ketulusan dan kasih sayang Mak Nur..



Tidak banyak sinetron anak yang mendidik seperti Anak Kaki Gunung ini. Sebelumnya memang ada Laskar Pelangi. Tapi setali tiga uang. Sinetron ini juga berhenti lebih dini.



Semoga SCTV bersedia memperpanjang atau minimal re run Anak Kaki Gunung.



Kangen dengan kata kunci Amel, 'Maksudnya..'



Gambar dari om google.

Madre dan Review ala Gue

Saya tidak akan tahu apa itu madre, jika tidak membaca buku kumpulan cerita ini. Dari sampulnya pun, saya sudah gagal menebak.

Ternyata buku ini bercerita tentang seorang Tansen, si pemuja kebebasan, yang tiba-tiba mendapat warisan dari orang yang tidak pernah dikenalinya. Warisan itu berupa madre. Sebuah benda yang mustahil bagi Tansen untuk diwariskan. Ya, madre!

Madre dalam bahasa Spanyol berarti ibu. Madre adalah adonan biang untuk membuat roti. Tan, pemilik Tan de Bakker mewariskan adonan biang ini untuk Tansen, yang ternyata adalah cucunya.

Cerita yang dari awal membuat pembaca penasaran ini berhasil mengajak saya untuk segera menuntaskannya.

Madre adalah ide brilian dari seorang Dewi Lestari yang mampu mengangkat tema unik menjadi tulisan menarik.

Sayangnya, kompleksitas cerita ini hanya ada di awal. Berikutnya, mengalir dan mudah ditebak endingnya.



Cerita lain dalam buku ini yang menurut saya menarik adalah Semangkuk Acar untuk Cinta dan Tuhan. Dialog tentang cinta dan Tuhan dalam cerita ini mengusik definisi pribadi saya. Sungguh, tulisan yang mampu mengubah perspektif pembacanya. Jenius!



Dewi Lestari juga menulis prosa dalam buku ini. Percakapan di Sebuah Jembatan, Wajah Telaga, dan Barangkali Cinta menjadi favorit saya.

Ini kutipan pendeknya:



'Izinkan wajahku bersuara apa adanya. Bagai telaga yang tak menolak lumut juga lumpur. Namun tetap indah dalam teguh dan ikhlasnya.





'Pastilah cinta. Yang punya cukup daya, hasrat, kelihaian, kecerdasan, dan kebijaksanaan. Untuk menghadirkan engkau, aku, ruang, waktu, dan menjembatani semuanya. Demi memahami dirinya sendiri.'



Sorry kalau ternyata ada spoiler. Cuma review ringan.



Selamat membaca!

Tentang Kedermawanan

Akhir-akhir ini, saya merasa ada banyak limpahan kedermawanan dari orang sekitar yang lalai disyukuri.

Tetangga yang ramah dan ringan tangan. Teman eks-kantor yang senang berbagi. Atau saudara yang tidak lupa datang mengunjungi. Kendati berasal dari tempat yang jauh, tidak menyurutkan langkah kaki mereka untuk silaturahmi.

Kedermawanan yang melingkungi, tapi saya lalai untuk mensyukuri.



Terlihat sederhana ya? Tapi adakah yang lebih membahagiakan dari memiliki tetangga, teman, dan saudara yang baik?



Kedermawanan juga saya alami ketika sedang naik angkutan umum. Peristiwa berbulan-bulan lalu ini yang mengusik saya untuk menuliskannya di sini.



Di angkutan umum yang saya tumpangi, ada pengamen.

Seorang perempuan yang duduk di sebelah saya, tanpa berpikir lama langsung mengeluarkan uang pecahan. Sedangkan saya? Saya masih sibuk mencari uang pecahan yang lebih kecil! Padahal pecahan yang sama dengan yang dipegang perempuan sebelah saya juga tersedia.

Melihat perempuan itu, saya seperti ditampar! Malu pada diri sendiri.. Malu pada Allah yang Maha Pemurah.

Akhirnya saya mengeluarkan pecahan yang sama. Tentu saja setelah 'ditampar' oleh perempuan tadi.



Ya Allah..



Sampai di rumah, seolah tahu apa yang baru saja saya alami, tiba-tiba suami bertanya soal sedekah ketika kami makan malam. Saya menjawab apa adanya. Sejujur-jujurnya.

Dan meluncurlah nasehat yang membuat dada saya semakin sesak.

"Banyak-banyak sedekah ya, Dek. Biar berkah.."



Terima kasih, karena selalu dan selalu mengajakku dalam kebaikan. T_T

Maulid Nabi di Kampung

Tiga hari berada di kampung halaman. Mengajak memoriku memutar kenangan masa silam. Masa-masa ketika saya masih asyik bermain gobak sodor. Ketika saya masih rajin mendatangi majelis taklim. Ikut remaja masjid. Meramaikan malam maulid nabi. Entah kapan terakhir saya ikut dalam barisan ibu-ibu yang berduyun-duyun dari rumah ke rumah untuk membaca barzanji atau dzibbah dan kemudian bersholawat bersama. Seingat saya, terakhir kali ikut kegiatan ini ketika duduk di kelas tiga SMP.

Tahun berselang. Sekian lama. Dan kegiatan ini masih semarak hingga hari ini. Memantik pikiran saya untuk menorehkan kata demi kata di sini.

Diakui atau tidak, yang saya rasakan selama merantau di kota besar, peringatan Maulid Nabi lebih menggema dan semarak di kampung - kampung. Lebih terasa. Lebih hikmad.

Jujur, saya rindu membaca barzanji dan bersholawat bersama.

Rindu duduk bersama mereka yang tetap konsisten melestarikan kegiatan ini.



Akankah kita mendapat syafaat dari Nabi Muhammad? Jika bersholawat saja hanya dilakukan ketika tiba-tiba ingat.. :(







Gambar dari http://kiraitomy.files.wordpress.com/2011/02/asdf.jpg

Benarkah Kolik?

Kemarin sore, saya dan keluarga di kampung dikejutkan dengan tangis
Cenna yang luar biasa.
Cenna nangis kejer pas Maghrib. Tangis terparah dan terlama semenjak
Cenna lahir.
Diajak main tidak mau, digendong nangis kejer, melihat orang atau
benda apapun, tangisya semakin jadi. Menjerit-jerit, melengking, dan
tidak bisa dihibur.
Saya bingung bukan main. Demikian juga dengan orang rumah. Bingung
harus berbuat apa. Cuma komat kamit baca ayat suci. Saya bersholawat
sambil menenangkan Cenna. Gagal!
Saya coba kasih minyak telon. Gagal. Tapi kemudian Cenna muntah. Kolik kah dia?
Bisa jadi. Tapi tangisnya belum juga berhenti.
Sudah setengah jam. Tapi belum ada tanda-tanda Cenna bakal diam.
Sholawat terus disenandungkan, bacaan ayat suci dilantunkan
berkali-kali. Tidak lama kemudian, Cenna diam dan tertidur.
Alhamdulillah..
Saya berusaha meyakini bahwa Cenna memang kolik. Tapi orang rumah
tidak percaya. Mereka lebih percaya, Cenna baru saja diganggu hantu
karena baru pulang jalan sore menjelang Maghrib. Sebuah aktivitas
pantangan bagi bayi. Katanya..
Saya berusaha keras untuk meyakini kejadian tersebut sebagai kolik,
yang biasa dialami bayi. Tapi saya tidak bisa memungkiri memang ada
'sesuatu' sore itu.
Wallahua'lam!

My Passion?


Seseorang bercerita pada saya tentang passion yang dia cari-cari. Katanya sudah lama dia bosan dengan rutinitas kantor yang tidak memberinya semangat. Tidak juga membuatnya terpacu untuk meraih sesuatu. Intinya dia jenuh.

Saya tertawa dalam hati karena dia bercerita pada orang yang salah. Saya bahkan tidak tahu apa yang menjadi passion saya. Selama ini saya menjalani hari-hari dengan laku yang biasa. Boleh dibilang saya hanya bisa bermimpi. Atau malah takut bermimpi karena khawatir kecewa jika mimpi itu tidak juga tergapai?

Serius. Saya tidak memiliki passion di salah satu hal. Ketika saya menulis di blog, saya lakukan itu karena semata-mata saya suka menulis. Apapun bentuk dan isi tulisannya. Yang penting ditulis.
Ketika saya bermain craft, itu juga semata-mata karena saya sedang menggilai dunia crafting dan saya nyaman melakukannya. Saya senang. Tidak ada paksaan pada saya untuk membuat ini atau itu. Yang penting berkreasi.

Seperti malam ini. Saya mengeja kata 'passion'. Dan tanpa aba-aba, pikiran saya ke mana-mana. Kemudian, tanpa diminta, saya langsung loncat dari tempat tidur dan menghampiri laptop. Dalam hati saya berkata, 'ini harus ditulis'. Terdengar remeh, bukan? Tapi dorongan ini memacu saya untuk menyalakan laptop, mengetik tulisan ini, sambil sesekali menenangkan si kecil yang beberapa kali terbangun dari tidurnya.

Aktivitas lain yang kadang (bahkan sering) saya lakukan adalah tiba-tiba ingin membuat sesuatu. Membacakan buku bayi untuk si kecil, mendadak sontak saya terinspirasi untuk membuat sesuatu yang (mungkin) remeh, tapi bagi saya itu hal besar. Contohnya ya boneka owl di atas itu. Sederhana, bukan?

Menulis soal passsion saya jadi teringat kalimat Rene Suhardono, 'Your passion is not what you're good at, it is what you enjoy the most'.  I do agree with Rene!
Oke, saya akui, writing and crafting adalah dua hal yang sedang sangat saya sukai saat ini. Bisa jadi, esok saya akan menyukai hal lain yang bertolak belakang dengan dua hal tersebut. Who knows?
Tapi untuk saat ini, bolehlah dua hal itu disebut sebagai my passion. Haha. Did I find my passion? Not at all. But I'll do my best.

Agree with me? No? Okay, please, write something below.. :))

1 Februari..

Tidak ada ide untuk menulis apapun. Blank.
Tapi jemariku memaksa otak kecil yang pengetahuannya serba dangkal ini
untuk tetap menulis. Huruf demi huruf. Kata demi kata yang kemudian
terangkai menjadi sebuah kalimat. Menjadi sebuah paragraf. Semakin
banyak, hingga jemariku lunglai dan tak kuasa memaksa otak ini
berpikir.
Meski aku tahu, ketika aku meminta otak tidak berpikir, sejatinya si
otak hanya berhenti sejenak. Seperkian detik saja. Setelah itu otak
kembali berpikir. Hanya saja, beda fokus pemikiran. Pernahkah otak
kita benar-benar tidak berpikir, sedangkan raga kita tengah terjaga?
Jemariku mulai lunglai..
Ah, tapi dia masih tetap semangat! Hebat!
Sebenarnya tidak semua jemariku mengetik. Hanya dua jari, jempol kanan
dan kiri. Yang empat ke mana? Mereka menyangga sebuah gadget sejuta
umat yang entah bagaimana bisa begitu digilai.
Jangan dulu mengecap aku sebagai penggila gadget ini. Aku memakainya
karena sebuah keperluan. Bukan, ini bukan ngeles. Ini serius.
Katanya ini smartphone, tapi aku belum melihat di mana letak 'smart'nya.

Baru sadar, tulisanku ngawur sekali. Benar-benar tidak ada ide untuk
mengungkapkan apapun.
Jadi, selamat menikmati tulisan ngawur. Tapi apakah ini berarti otakku
tidak berpiki?
Hmmm.. Aku rasa masih termasuk berpikir, tapi ngawur..
Ah, sudahlah.. Selamat menapaki Februari.. Chaiyo!

 
Cerita Kita Blog Design by Ipietoon