Dan… Puzzle ku pun lengkap tersusun..

Sekumpar Hati
#
Berdua duduk menatap bintang
Berteman sebotol air mineral
Kita berbincang
Dalam balutan rindu yang menebal

#
Di tengah hiruk pikuk Jakarta
Dan temaram lampu taman kota
Sukumpar hati mengikat janji
Bersama merajut mimpi
***


Sketsa dalam SKETSA

Jika aku boleh cemburu
Aku akan cemburu pada buku sketsa
Yang selalu kau bawa-bawa

Jika aku boleh cemburu
Aku akan cemburu pada notebookmu
Yang selalu menemanimu siang malam

Jika aku boleh cemburu
Aku akan cemburu pada semua vektormu
Yang selalu masuk dalam imajimu

Dan..
Jika aku boleh meminta
Aku ingin belajar sketsa
Agar..
Tatkala kau asyik
Meliuk-liukan pena sketsa
Aku bisa mencipta sketsa dalam SKETSA
****


Hujan Abu November

Tak dapat dimungkiri
Tak pula hendak mengelak, kita cemas
Dan khawatir..
Pada deru magma Merapi
Pada abu vulkanis yang mengepul
Mengepung penduduk kampung
Siapa yang tak bingung?

Sekarang hujan abu di bulan November
Bulan yang sama
Saat kita menghelat niat suci
Disaksikan malaikat-malaikat tak kasat mata
Yang tersenyum menggoda

November adalah kebahagian sekaligus kepedulian
Ribuan umat thawaf haji
Dua insan mengucap janji suci
Dan ribuan pengungsi menanti uluran tangan peduli
*****

Dan… Puzzle ku pun lengkap tersusun..

Keping demi keping
Terkumpul sudah
Tersusun dalam rangkaian puzzle nan indah
Dan kau..
Puzzle terakhirku
Menjadi keping pelengkap kehidupanku

Selamat datang calon suamiku
Selamat menyusun puzzle kehidupan baru..
.
.
.
.
You're my better half..
I'm so thankful I have you.. :smile:
******

[FF] Ke Yunani

"Ma, siapin paspor kita ya..," ujar Hendra pada istrinya, Wening.
"Memang kita mau ke mana lagi, Pa?"
"Lihat nanti saja, yang penting Mama siapin paspor, koper, dan baju hangat,"
"Hah?? Kita mau ke Perancis ya, Pa?" Wening terlihat girang.
"Bisa ya, bisa jadi ke negara lain...," kata Hendra yang masih membaca koran pagi sambil menghabiskan sisa-sisa rokoknya.
Wajah Wening terlihat sumringah. Baginya, pagi ini begitu cerah.

Sudah seminggu berselang. Tapi Wening belum juga mendapatkan kabar dari sang suami. Rasa penasarannya semakin membuncah.
Sementara Hendra belum juga pulang dari kantor.
Berkali-kali Wening menatap jarum jam di dinding rumahnya.
"Huffft, sudah jam sembilan malam si papa belum juga pulang,"
Wening semakin gelisah. Menebak-nebak, liburan kali ini akan dihabiskan di negara mana ya.. Begitulah kira-kira isi pikiran Wening yang akhirnya tertidur.

Bel rumah berbunyi. Wening yang tertidur di sofa terlonjak kaget.
"Papa, jam segini baru pulang...," ujar Wening sambil meraih jaket dan map yang dibawa Hendra.
Hendra diam saja. Dia ingin membuat surprise untuk istrinya.
"Sudah ada kabar, kita akan pergi ke mana?"
Wening sudah tak sabar lagi mengungkapkan pertanyaan ini.
"Sudah, Ma. Anggota dewan sudah setuju. Kita akan ke Yunani dan belajar etika di sana,"
Hendra memasang senyum bahagia.
"Belajar etika? Papa.. Apa kata teman-teman mama nanti? Wening, priyayi yang hidup di ibukota, bergaul dengan para sosialita, suaminya masih harus belajar etika?"
"Bukan, Ma.. Maksud Papa...,"
Dan malam itu, Hendra pun menjelaskan panjang lebar alasan belajar etika ke Yunani. Alasan yang sama persis ketika dia harus menjelaskan pada media, kenapa belajar etika ke Yunani..

*****

Selamat belajar etika di Yunani, Pak Dewan.. :mrgreen:
Selamat bertemu arwah Socrates.. :roll: :roll: :roll:

**Sedang belajar bikin flash fiction (lagi)

Qori Kecil itu Muhammad Thaha al Junayd

Sore, sepulang kerja, aktivitas paling nikmat setelah mencuci kaki adalah merebahkan diri di tempat tidur. Melenturkan badan yang seharian dipaksa membungkuk di depan komputer.
Sembari memeluk guling dan meluruskan badan, sayup-sayup terdengar murotal yang luar biasa indah! Murotal dari seorang qori kecil. Setidaknya dari suaranya yang masih terdengar seperti suara anak-anak.
Qori kecil ini mengumandangkan surat Ar Rahman. Salah satu surat Al Qur'an yang sangat-sangat saya suka!



Subhanallah, hati terasa tenaaangg sekali. Sejuk di hati. Tak bosan saya menyimaknya. Dan tanpa sadar, suara qori hilang.
Suara murotal berganti dengan kumandang adzan Maghrib.
Pertanda saya harus segera memenuhi panggilan untuk menghadapNYA. Mendekat dan menghamba kepadaNYA. Hanya kepadaNYA.



Ternyata, pemilik suara merdu nan indah itu bernama Muhammad Thaha al Junayd. Seriously, saya baru tahu namanya. Meski sudah lama sekali mendengar murotalnya.:(

Jadi, ingin segera memiliki DVDnya...

*Video kedua, shalat ‘Isya’ di Masjid ar-Raasyid yang diimami oleh Muhammad Thaha al Junayd dengan membaca surat al Qiyaamah.

Sekelebat Kenangan

Serupa cermin memantulkan bayangan
Jalanan memantulkan kenangan

Ia berkelebat
Lalu hilang

Muncul lagi
..hilang
Lalu muncul lagi
Begitu terus setiap hari

Kenangan selalu memilih jalannya sendiri

Seperti malam ini
Aku bereskan ia hingga rapi
Tiba-tiba
Lewat sebuah simfoni
Ia berantakan lagi

Tercecer di lantai

Lalu aku punguti
….lagi

*Sedang belajar membuat semacam puisi. Dan ini, jelas belum jadi* :)

Sebuah video berisi kalimat motivasi dan inspirasi.
Senang melihatnya pagi-pagi
Ditemani musik instrumental yang mengiringi
Endjoi!



For more video n inspirations, please check this out!
www.anthonyfernando.com

[Flash Fiction] Pada Sebuah Gelas



00.19 WIB
Sudah larut malam begini, tapi tempat ini semakin ramai dikunjungi. Bus pariwisata sampai bus kelas ekonomi dengan penumpang berjubel mulai datang menghampiri.
Ratusan penumpang dengan wajah kucel karena lelah berkendara seharian, langsung menghambur ke toilet umum.
Dan seperti menjadi kebiasaan, selesai dari toilet, para penumpang memesan makan di rumah makan peristirahatan bus ini.
Wajah mereka terlihat sumringah lagi. Mungki karena perut mulai terisi.
Tidak hanya mereka, akupun ikut sumringah. Wajahku sumringah melihat banyak orang beristirahat di sini. Sekadar menikmati secangkir kopi instan atau menghabiskan satu batang rokok.
Tapi yang paling membuatku girang cuma satu: ketika mereka selesai makan Pop Mie.
Aku senang bukan kepalang!
Karena itu artinya, uang Rp200 sudah ada di kantongku!
“Ini Pak..,” kata seorang penumpang sembari menyodorkan satu gelas Pop Mie kosong.
"Alhamdulillah.. Terima kasih," ucapku sambil memasukkan gelas Pop Mie kosong ke dalam karung putih.

Lalu, Pak Tua pun beringsut dari tempat duduknya, menarik tubuhnya, mengesot dari ujung ke ujung tempat peristirahatan penumpang Indramayu. Dia sibuk memunguti gelas-gelas Pop Mie kosong yang dibuang sembarangan.


*Suatu malam, di sebuah tempat peristirahatan bus di Indramayu*



**Picture taken from Wikipedia.

Sejak Dini Merayakan Keragaman Setiap Hari





"I have a dream that my four children will one day live in a nation where they will not be judged by the color of their skin but by the content of their character."
- Rev. Martin Luther King, Jr.





Seperti halnya cinta, membahas keragaman seolah tak pernah lekang dimakan zaman. Selalu ada hal menarik yang penting dan juga perlu untuk dibahas. Apalagi belakangan ini marak terjadi kekerasan di tengah masyarakat yang bermula dari intoleransi dalam menghadapi kemajemukan budaya, agama, dan ras. Nilai-nilai untuk saling menghormati dan toleransi seolah kian mengikis.
Padahal, jika saja kita mau jujur, bangsa ini lahir dari keragaman. Tumbuh dan besar juga dari keragaman. Perbedaan demi perbedaan yang memperkaya khazanah budaya bangsa.

Perlu diluruskan, bahwa keragaman bukan melulu tentang budaya, tentang agama, tentang paham politik, tentang suku dan ras, dan tentang asal kita.
Keragaman juga tentang manusia sebagai pribadi yang memiliki identitas dan keunikan.
Karenanya, keragaman seharusnya ditanamkan oleh orang tua sejak dini pada anak-anaknya. Sebab, pada masa perkembangan inilah orang tua akan menjadi model atau contoh bagi si anak.
Pada usia dini juga sangat penting untuk membuat persepsi bahwa setiap anak adalah pribadi yang unik dengan potensi yang luar biasa. Baik anak yang berkulit putih atau hitam, kaya atau miskin, terlahir normal atau cacat fisik, berbeda agama, ras, suku, atau benua, semuanya adalah pribadi yang unik.
Membangun dan mempertahankan identitas diri yang sehat inilah proses belajar seumur hidup (long life education) untuk bergaul dengan manusia yang berbeda-beda.
Output dari proses ini, selain anak-anak akan menjadi pribadi yang percaya diri, mereka juga akan memahami satu hal: tidak ada yang derajatnya lebih tinggi, ataupun lebih rendah. Semuanya adalah sama.

Orang tua juga harus memberi informasi yang akurat tentang kebudayaan sendiri dan kebudayaan lain yang berbeda. Menanamkan pemahaman, bahwa kefanatikan dan intoleransi hanya akan menimbulkan perpecahan.
Di sini, nilai utama yang harus dipahami anak-anak adalah saling menghormati, toleransi, dan tidak menyakiti orang lain, baik dengan kata-kata, sikap, maupun tindakan.
Ajarkan pada mereka untuk memperlakukan orang lain dengan cara terbaik dan menghormatinya, tidak menghakimi orang lain, dan hindari munculnya steorotip, meski dalam hal-hal yang positif sekalipun. Contohnya, etnis A sebagian besar bagus dalam memainkan alat musik atau memiliki bakat menggambar.

Dengan mengajari anak-anak untuk mencintai keragaman dan memberi pemahaman nilai-nilai sosial dalam menghadapi perbedaan di berbagai hal, akan mengantarkan mereka menjadi manusia dewasa yang toleran dan saling menghormati. Menjadi manusia dewasa yang bisa merayakan keragaman setiap hari, bukan hanya satu tahun sekali.
Dan bukan tidak mungkin, karakter ini akan ditularkan pula pada anak mereka kelak.

Selamat merayakan keragaman setiap hari, semuanyaaa..! :)

Jadi teringat lagu One - U2.




*Tulisan ini untuk diikutsertakan dalam Writing Contest PB 2010.
**Picture taken from: picture-book.com.

I Want To Spent My Lifetime Loving You

Sedang sangat-sangat menyukai lagu ini.
Seharian ini sudah puluhan kali mereplay dan terus mereplay lagu ini.
Lagu paling romantis, ya lagu ini.
Hihihihi... Serba 'i'.

Endjoi!

[Flash Fiction] Aku Iri Padamu..

Jujur aku iri. Dia memang manis. Menjadi favorit siapa saja.
Di manapun, dia selalu dicari.
Seandainya dia tahu, betapa irinya aku akan sifatnya.
Sedangkan aku?
Aku kuyu.. Sayu dan layu. Siapa yang mau denganku?

“Kamu kenapa temanku? Kamu terlihat sedih begitu…,”

Aiiihhh, manis sekali kata-katanya. Bagaimana mungkin dia tidak disukai.

“Nggak apa-apa, aku cuma sedang berpikir..,” kalimatku menggantung.
Aku bingung harus bagaimana. Lucu rasanya kalau harus mengakui bahwa aku iri padanya.

“Berpikir tentang apa? Ada yang bisa aku bantu?”

Ah, lagi-lagi dia begitu manis. Dia juga baik sekali.

“Aku iri padamu..,” akhirnya aku memberanikan diri berkata jujur.
“Iri kenapa?”
“Iri karena kamu disukai banyak orang. Kamu manis. Anak-anak sampai orang dewasa menyukaimu,”
“Aku bukan siapa-siapa, temanku. Harusnya kamu bangga, karena kamu banyak memberi pertolongan,”
“Pertolongan? Maksudmu?”
“Ya, pertolongan. Orang yang sakit gigi akan mencarimu untuk mengobati rasa sakitnya. Mereka yang sedang berkemah, membutuhkanmu untuk mengusir ular. Dan kamu tentu tahu, masakan akan terasa kurang nikmat tanpa kamu, Garam…,” tutur si Gadis Gula.

Gadis Garam tersenyum. Kini, mereka duduk berdampingan, di dalam dua toples cantik bertuliskan. GULA-GARAM.
“Semoga si tukang kopi nggak salah ambil kamu ya..,” seru si Gadis Gula pada Garam.

*****
Tulisan ini diikutsertakan dalam Flash Fiction Contest - Blogfam & MPID.



Kiss The Rain

Setelah seharian kemarin diguyur hujan, rasanya nikmat sekali menikmati pagi sembari mendengarkan simfoni pagi ini.
Indah.. ^_^



Sembari menulis, membayangkan diri tengah berada di antara kuncup-kuncup bunga yang berembun.
Bulir-bulir air jernih yang jatuh menetes.
Tak jarang tangan ini usil menyentuh bulir bening tersebut.
Menghirup udara segar sedalam-dalamnya.
Oksigen murni tanpa asap knalpot, apalagi pabrik.
Mencium wangi setiap bunga.
Berlomba dengan kumbang yang bergegas menikmati wangi bunga lavender.
Berdiri di antara segarnya kuning bunga tulip.
Merebahkan diri di atas rumput hijau bersih bak permadani.
Menatap langit cerah berwarna biru dan pelangi membentuk setengah lingkaran.
Warna-warni alami suguhan Illahi.
Subhanallah indahnya pagi jika saya berada di tempat ini setiap hari..



Baru tersadar, tatkala perut berdendang.
Tanda bahwa saya harus memenuhi 'panggilan jiwa'.
Dan segera pergi menjemput rizkiNYA.

Olalaaaaaa...!
Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya... Ternyata saya masih di Jakarta!

Terima kasih untuk siapapun Anda yang telah mengapload video ini. :)

[Flash Fiction] Korban Salah Tembak


Sudah pukul 08.39 WIB. Tapi Mas Adnan belum juga muncul. Sedangkan ijab qobul harus dilangsungkan tepat jam sembilan. Orang tua, penghulu, dan tamu undangan yang ingin menyaksikan ijab qabul mulai gelisah. Pun halnya denganku. Hampir saja air mata ini tumpah karena kecemasan yang tak terbendung.
Sekuat tenaga aku menahan air mata. Berdoa semoga Mas Adnan baik-baik saja. "Ya Robbi, di manapun dia berada, ku mohon lindungilah dia.. Hanya kepadaMu aku memohon dan hanya kepadaMu lah aku berserah diri," doaku dalam hati.
Tenggorokan ku seolah tercekat. Beruntung ada ibu yang terus memberi semangat untuk bersabar sampai Mas Adnan datang.

Di sisi lain, aku lihat bapak calon mertuaku berkali-kali menghubungi nomor handphone Mas Adnan. Tapi berkali-kali itu pula nomor yang dihubunginya diam tanpa jawaban. Tidak ada nada rejected ataupun tulalit.
"Mas, kamu di mana?," batinku bertanya-tanya.
Jam sudah menunjukkan pukul 09.35 WIB. Sudah lebih dari setengah jam berlalu dari waktu yang dijanjikan. Namun Mas Adnan tak kunjung tiba. Tidak ada tanda-tanda dia akan datang.
Ibu yang semula terus memberi motivasi seolah kehabisan kata-kata penyemangat. Ia tertunduk lesu. Begitu pula aku.

Setengah jam berselang, di tengah kegaduhan para undangan, handphone calon bapak mertua berbunyi.
"Apa??? A-nak sa-ya te-ro-ris??" ujar bapak tidak percaya dengan apa yang didengar dari suara di seberang telepon.
Bapak terduduk lemas. Dengan mata bersimbah air mata, bapak bercerita ihwal Mas Adnan yang tewas tertembak karena diduga teroris.
"Ya Allah, cobaan apa ini? Di hari di mana aku akan menjadi ratu sehari, justru 'rajaku' tewas karena diduga teroris.." aku menangis dipelukan ibu.

Di tengah tangis kami, ayah dan calon bapak mertuaku, juga beberapa laki-laki yang ada dalam ruangan itu berunding. Mereka memutuskan untuk menikahkanku dengan Wawan, adik Mas Adnan.
Aku hanya pasrah dan berharap ini jalan terbaik dariNYA. Karena kami tidak mungkin membatalkan acara ini.
Dan saat itu juga diadakan ijab qobul atas nama Widya dan Wawan, bukan Adnan. Ijab qobul dengan linangan air mata..
****
Seminggu kemudian.
Pagi, ketika aku menyediakan teh hangat untuk Mas Wawan, seorang loper melemparkan koran di halaman depan. Langsung ku pungut. Sembari berjalan, aku bolak balik berita koran tersebut. Hampir pingsan tatkala membaca berita 'Adnan, 29 tahun, yang ditembak karena dugaan teroris ternyata korban salah tembak......'

*Mencoba membuat flash fiction, tapi kepanjangan*
**Gambar dari remtek.com

Happy Six Month Birthday, Dija...


Namanya Khadijah Putri Nur Aini. Panggilannya Dija.
Dija ini lahir 23 Maret 2010.
Baru enam bulan! Dan Dija ingin merayakan enam bulan kelahirannya.
Hihi, ada-ada saja ya si kecil Dija?
Tapi, itu sah-sah saja dong, karena tantenya Dija, Mbak Elsa, ingin memberikan yang terbaik buat Dija.
Apalagi enam bulan bukan waktu yang singkat. Masih ingat donk waktu Dija baru lahir?
Beratnya cuma 1800gram. Sekarang mungkin beratnya sudah 7 atau 8 kg.
Bukan perubahan yang kecil, kan?

Dan sekarang, Dija sudah bisa ngapa-ngapain! Bisa tengkurep. Bisa main-main sama Tante Elsa. Bisa senyum-senyum kalau dengar suara lucu. Bisa menggapai mainan. Bisa nengok kalau ada yang memanggil. Dan bisa-bisa lainnya...setelah enam bulan tentunya! :D

Happy Six Month Birthday, Princess Dija.. Semoga jadi anak yang cerdas dan shalehah. ^_^




* Posting ini untuk ikut meramaikan Dija's 6 Months Giveaway!

Mengusir Keluh

Jika boleh meminta, aku ingin meminta hidup tanpa keluh.

Tak peduli dengan segala peluh.

Aku hanya ingin menjadi manusia yang tak mudah mengeluh.

Karena keluh membuat hidup kian keruh.

*Satu paragraf pengusir keluh. ^_^

[Flash Fiction] 'Pembelahan diri'



Dua dari tiga anak ibu sebentar lagi meninggalkan rumah. Mereka akan membentuk keluarga baru.
Lucu. Berkeluarga rasanya seperti sel yang membelah diri. Membentuk sel-sel baru di tempat baru.
Begitukah berkeluarga?
Bagaimana halnya denganku? Apakah aku juga akan 'membelah diri' dari rumah ini? Hidup dan tinggal bersama 'sel-sel' baru hasil 'pembelahan diri'?


Dalam dua puluh hari ke depan Kakak Pertama akan melangsungkan pernikahan. Disusul kemudian oleh Kakak Kedua tiga bulan setelahnya.
Dan aku? Entahlah.

Aku bertanya pada Kakak Pertama. 'Mbak, setelah menikah akan tinggal di mana?' tanyaku.
'Di Jakarta, di tempat yang ada Monas-nya,' jawab Kakak Pertama sambil menunjukkan gambar Monas.
Aku juga bertanya pada Kakak Kedua,'Mas, nanti akan tinggal di mana?'
'Tinggal sama istriku di Jawa Timur,' jawabnya, sambil menunjukkan foto luapan Lumpur Lapindo.

Dan aku mengerti. Mereka akan tinggal di tempat yang jauh. Sangat jauh. Setidaknya bagiku.
Tiba-tiba Kakak Pertama balik menanyakan sesuatu kepadaku, 'Kamu kapan menikah?'
Aku sejenak speechless. Hatiku berkecamuk, bagaimana mungkin aku menikah, mendengar dan berbicara pun aku tak bisa. Telingaku seperti tersumbat batu gunung. Demikian juga tenggorokanku.
Dengan santai aku jawab, 'Aku nggak mau menikah, Mbak. Aku di sini saja,' jawabku dengan bahasa isyarat.

Picture taken from wikipedia.

Selamat Idul Fitri 1431 H



Selamat Idul Fitri 1431 H
Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum minal aidin wal faidzin.
Semoga Allah menerima amal-amal kami dan kamu.
Dan semoga Ia menjadikan kami dan kamu termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan Ramadhan) sebagai orang yang menang."
Aamiiiiiin...!! Mohon maaf lahir batin ya semuanya...
Selamat mudik dan berkumpul lagi bersama keluarga!

*klik untuk melihat dalam ukuran besar ;)

Coolababy Bamboo. Cloth diaper sehat, nyaman, dan murah!

Maaf, untuk sementara barang sedang kosong. Terima kasih.



Apa itu cloth diaper?
Cloth diaper (clodi) adalah popok kain berkantong yang memerlukan lapisan penyerap (insert) setiap kali dipakai pada buah hati Anda. Cloth diaper terbuat dari bahan-bahan berkualitas baik yang dapat menyerap cairan dan membuat permukaan tetap kering sehingga si kecil bebas ruam.
Lapisan inner cloth diaper terbuat dari bahan suede cloth, fleece, dan bamboo yang sangat lembut, ,menyerap cairan dengan cepat, dan membuat permukaan inner tetap kering.
Sedangkan lapisan outer cloth diaper, terbuat dari bahan waterproof untuk meminimalkan kebocoran.

Kenapa harus cloth diaper?

Pertama, clodi (popok kain) lebih aman dibandingkan dengan popok sekali pakai. Sebagai orang tua, kami percaya, kenyamanan dan kesehatan adalah hal terpenting untuk memilih popok kain!
Popok kain terbuat dari bahan yang lembut, dan bersirkulasi udara yang memberikan anak anda rasa lembut dan nyaman. Banyak popok kain juga memiliki bahan bagian dalam yang mampu menyerap kelembaban untuk memberikan rasa tetap kering di pantat bayi. Popok kain tidak memiliki plastik yang menggesek kulit seperti banyak terjadi pada popok sekali pakai.

Kedua, penggunaan popok kain lebih ekonomis (hemat) dibandingkan popok sekali pakai. Memang, pada awal pembelian, popok kain terasa lebih mahal, tapi anda akan menghemat lebih banyak karena popok kain tahan bertahun – tahun. Bahkan, bila digunakan sesuai aturan, popok kain dapat disimpan untuk adik si kecil kelak.

Untuk melihat bagaimana clodi bisa berhemat, mari berhitung.
Sehari sikecil menghabiskan 2-3 pospak (popok sekali pakai)
Satu pospak, taruhlah harganya Rp1.000
Artinya, Rp3.000 per hari.
Rp3.000 x 30 hari= Rp90.000 per bulan
Rp90.000 x 12 bulan = Rp1.080.000
Rp1.080.000 x 2 tahun = Rp2.160.000

Belum lagi dampak pembuangan plastik dan sisa urine pada pospak yang dibuang bersama sampah lainnya. Semoga kita bukan termasuk penyumbang sampah pospak.

Bagaimana dengan popok kain?
Mari kita hitung!
Satu anak paling tidak memiliki 8-10 clodi.
Asumsi harga clodi merk Coolababy Bamboo Rp85.000 per set
Rp85.000 x 10 set = Rp850.000
Dengan harga ini, sudah bisa dipakai sampai si kecil berumur 2 tahun, bahkan bisa diwariskan pada adiknya.
Dan yang terpenting tidak turut menyumbang sampah plastik! Yeiy!

Apa merk cloth diaper (clodi) yang bagus?
Ada banyak merk clodi dari USA yang bagus, dengan kualitas super. Tapi, tentu saja harganya pun lumayan menguras kantong. Bisa sampai Rp250.000 – Rp275.000 per pcs.
Dalam hal ini, saya merekomendasikan clodi merk Coolababy, produk clodi dari China.
Kenapa?
Karena Coolababy selain harganya jauh lebih murah dari produk USA, kualitasnya pun hampir sama bagusnya.
Coolababy menerapkan sistem adjustment (bisa disetting ukurannya), jadi bisa digunakan untuk si kecil dari new born (3kg) sampai 2 tahun (berat 13 kg). Tidak disarankan untuk anak di atas usia 2 tahun.
Tahan bocor selama 3 sampai 4 jam.

Saya merekomendasikan coolababy jenis bamboo karena bahan bamboo bersifat antibacterial, lebih lembut, lebih kering, dan nyaman untuk si kecil.

Berapa harga Coolababy Bamboo?
Harga satu set coolababy bamboo (1 clodi dengan inner bamboo + 1 insert microfiber)
Hanya Rp85.000 per set.
Pembelian di atas 3 pcs akan saya beri diskon.
Untuk pemesanan, silakan isi kolom komentar di bawah tulisan ini.
Atau bisa juga email ke ethie07@gmail.com


Item yang tersedia:





Bagaimana cara mencuci clodi?
Untuk yang baru pertama kali pakai:
Cuci dan keringkan cloth diaper minimal 3 kali untuk mendapatkan daya serap maksimal dari setiap cloth diaper dan insert. Jadi Cuci-Keringkan-Cuci-Keringkan-Cuci-Keringkan baru bisa dikenakan ke baby kita...
Pencucian hingga tiga kali ini untuk mensterilkan clodi dan insert dari lapisan akhir finishing bahan.
Lakukan pengeringan di bawah terik matahari langsung sampai benar-benar kering dan JANGAN disetrika. Jangan direndam terlalu lama, jangan menggunakan pemutih, dan jangan menggunakan pelembut pakaian. Hal ini untuk menjaga lapisan waterproof pada cloth diaper.

Cara mencuci cloth diaper kotor:
1. Buang semua kotoran yang ada. Langsung cuci atau bilas dengan disemprot air bersih.
2. Mencuci dengan tangan : Make sure insert sudah dilepas dari pocketnya, dan semua snaps (kancing) harus dilepas. Gunakan sedikit deterjen, kucek secukupnya. Kemudian bilas dan keringkan dengan bantuan sinar matahari.
3. Mencuci dengan mesin cuci : Isi mesin cuci dengan air biasa dan berikan deterjen ¼ takaran mencuci biasanya. Lakukan proses pencucian selama 1 atau 2 menit. Kemudian bilas dengan air bersih. Setelah bersih tidak perlu melakukan pengeringan dengan mesin pengering. Gantung dan keringkan dengan bantuan sinar matahari adalah cara yang paling baik.
4. Jemur di bawah matahari karena terik matahari dapat menghilangkan noda serta membuat popok kain tahan lama.
5. Sebaiknya cuci tiap hari untuk menghindari bau dan noda kotor yang menetap.

Bila cloth diaper Anda bau :
• Tambahkan soda kue pada saat pembilasan awal untuk menghilangkan noda dan bau tidak sedap.
• Gunakan ½ - 1 cangkir cuka putih pada pembilasan akhir untuk melembutkan popok kain dan untuk menghilangkan bau tidak sedap.
• Coba untuk menambahkan ½ cangkir air lemon saat pencucian untuk menghilangkan noda.
Dengan pencucian dan perawatan yang benar, dijamin deh clodi mommy bersih. Nggak perlu khawatir. Siap dipakai oleh baby kita...!

So, nggak serepot yang dibayangkan kok. Normal-normal saja. Justru lebih irit.. Nggak perlu banyak detergent, nggak perlu pemutih, nggak perlu softener... Paling perlu tambahan baking soda, itu pun kalau clodinya sudah bau.
Masih baru? Wajarlah..kalau pertama kali kerepotan.. Namanya juga barang baru.. Tapi, terlepas dari itu, mencuci kan juga sudah kita lakukan pada baju, celana, handuk, seprei, dll.. So, nambah clodi nggak akan berpengaruh banyak, kan?

Demi kesehatan baby kita dan mengurangi limbah sampah plastik dunia. Mariii beralih ke popok kain cuci ulang alias cloth diaper!

Happy cloth diapering mommy…!

Ramadhan Mubarak



Tak terasa, Ramadhan kembali datang menghampiri. Semoga Ramadhan ini kita mulai dengan hati yang bersih, lagi suci.
Semoga teman-teman blogger, baik yang saya kenal langsung maupun yang baru dikenal lewat dunia maya, berikhlas hati memaafkan segala salah dan khilaf saya.
Segala ucapan (dan tentunya tulisan) saya yang tidak mengenakan hati, mohon dimaafkan. Saya pasti kerap melakukan faux pas . Yang disengaja maupun tidak.

May the light that we celebrate at Ramadhan show us the way and lead us together on the path of peace and social harmony.
"WISH U A VERY HAPPY RAMADHAN"

NB: Gambar buatan sendiri. Ceritanya bikin e-card, tapi jadinya cuma begini. Semoga tidak mengurangi pesan yang ingin saya sampaikan yah.. ^_^

Cara Menampilkan Emoticon di Status Facebook

Buat yang suka main Facebook, penasaran donk gimana caranya bikin status pakai emo seperti ini...


Yup, caranya gampaaaangg! Yang penting koneksi kencang.
Alias Lantjar Djaja!
Ikuti saya:
1. Pasti, log in di Facebook sodara.
2. Buka situs http://apps.facebook.com/facadedd/?ref=bookmarks
3. Klik "allow"
4. Pilih emoticon yang sodara suka. Akan ada preview di setiap klik.
5. Terakhir klik "Post".
Dan taraaaaa.... Status kita full emo. Nggak kalah deh sama Plurk.

Skrinsyuutttttt!!!



Agan-agan, semoga ini bukan repost ya. Jangan dibata, tapi kalau mau ngasih donasi via paypal ane nggak nolak, gan. Huehehehe..

Oke guys, selamat mencoba dan selamat ber-facebooking. :P

Baby-bayi Imuttttt!!!

Hai haloooo...

Lama yah nggak update blog. Kangen! ^_^

Akhir-akhir ini lagi sibuk sama hobi baru: utak-atik foto baby..
Mereka itu lucu-lucu, imut, dan menggemaskan!
Padahal saya nggak bertemu langsung lhoooo...
Cuma lihat dari foto mereka di blog, di jejaring sosial. Huhuhu..

Utak-atik foto mereka jadi... (blush) *skip*
Apalagi kalau melihat pernak-pernik baby.. (mmm)

Btw, ini lhooo hasil utak-atiknya. Sederhanaaaaa bangetttt!!

Dari yang jauh dulu, arek Suroboyo. Namanya Khadijah Putri Nur Aini.
Panggilannya DIJA. Foto ini diambil dari blognya Dija lhoooo.
Tapi sudah izin dulu sama Tante Elsa. Gemes lihat Dija senyum gitu!! >.<



Agak dekat, ada cowok baru. Namanya Hanifan Kenzio Putra S. Panggilannya Kenzie. Jepang banget ya?
Kenzie putra kedua dari Bunda Putri. Uhuhuhu.. Lihat Kenzie bobok jadi pingin ndusel.


Nah, yang ini Khairina Khadijah Maulidina. Panggilannya Airin.
Airin ini putri keduanya Bunda Menik. Lihat gayanya Airin deh! Imuuuutttt!!! Gemesin!



Segitu dulu yah, bagi-baginya. Yang mau dibikinin, sini-sini sama saya. Hehehe...

Garage del Parco

Difficulty to buy and sell your vehicle?
Did you ever hear about Garagedelparco.com?
Recently I found a very useful site for all potential car buyers or sellers to buy and sell kendarannya. This site is based in Italy, Parco del Garage. This is a simple site attractive and easy to check. At first glance, this site's layout is very user-friendly and fast loadingnya speed.
Referring to the family business background is, sound is very famous for its established since 1978 and managing the kids today. All personnel who work in this business is very experienced in their respective fields and are committed to providing the best customer service and satisfaction appear.
This company also has a complete workshop and very neat. This is where all of its wholly-owned vehicles inspected, maintained, cleaned, polished and even disinfected before they are released for sale. All they do is supported by a team of experienced mechanic. This team was the one who answered all questions.
It's like a paradise for shopping vehicle. You can find the car you want at an affordable price.
In addition to being a buyer, you also can sell the car you have.
Even now, you can also sell and buy a car auto usate milano. Officially, their website in Italian, so if you can not understand Italian, this is the translated versions of their web site. You can always trust them vendita auto usate at all times. When you're dealing with their compro auto usate You will be satisfied with what they offer. All types of car brands with low prices. Or great service at a low price. Or even an old car with high payments they will pay you.

To get more information about Garage del Parco, do not hesitate to visit their website at http://www.garagedelparco.com/.
So, what are you waiting?

Dwilogi Andrea Hirata di mata saya


Masih seperti Tetralogi Laskar Pelangi, Dwilogi Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas ini menceritakan tentang kegigihan seseorang bernama Maryamah atau yang akrab disapa Enong. Seorang perempuan yang berjuang sendiri setelah ayahnya meninggal tertimbun tanah ketika menambang timah. Perempuan pertama penambang timah yang sangat berambisi untuk belajar Bahasa Inggris. Dan menjadi perempuan pertama dalam lomba catur di Belitong.

Dalam novel pertama yang berjudul Padang Bulan, Enong menjadi sentral cerita. Meski di beberapa mozaik (bab) Andrea juga bercerita tentang kisah cinta antara Ikal dan A Ling. Namun, kisah cinta ini sepertinya diselipkan karena ada kaitannya dengan Enong. Misalnya saja, ketika Ikal kalah main catur melawan Zinar, orang yang Ikal kira telah merebut hati A Ling.
Atau ketika Ikal gagal meninggikan badannya meski hanya empat sentimeter demi meraih cinta A Ling kembali. Ikal beranggapan, A Ling berpaling cinta pada Zinar gara-gara ukuran tubuhnya yang kurang tinggi. Ternyata, Ikal yang sudah mati-matian menyembunyikan alat peninggi badan bernama Octoceria, justru hampir mati tercekik alat yang dipesannya dari Jakarta. Dalam kondisi hampir mati itulah, Enong memergoki dan menolongnya.

Demikian juga dengan kisah cinta tokoh-tokoh lainnya. Selalu berkaitan dengan Enong. Muara dari penggalan kisah tokoh-tokoh yang ada dalam novel Padang Bulan selalu berujung pada Enong.

Ayah, pulanglah saja sendirian
Tinggalkan aku
Tinggalkan aku di Padang Bulan
Biarkan aku kasmaran
(penggalan puisi Ikal ketika bertemu A Ling lagi)


Kisah Enong semakin terlihat sebagai tokoh sentral ketika kita memasuki novel kedua, Cinta di Dalam Gelas. Dalam novel ini, pembaca disuguhi tentang ilmu catur, mulai dari langkah-langkahnya, bagaimana trik menghadapi lawan, sampai rumus-rumus catur dalam bentuk diagram dipaparkan dengan terang benderang. Pemaparan ini sekaligus untuk meyakinkan pembaca betapa gigihnya Enong untuk belajar catur dan mengalahkan mantan suaminya. Ya, Enong akan bermain catur untuk mengalahkan mantan suaminya, Matarom.
****

Latar cerita dalam dwilogi ini masih tetap Belitong dengan pemaparan kultur Melayu yang panjang meski kadang terkesan berlebihan. Tentu, dengan gaya bahasa Andrea yang jenaka tapi nakal. Atau nakal tapi jenaka?
Pada beberapa mozaik, saya merasa jenuh. Misalnya, pada bagian Ikal ‘mencintai’ Yamuna, sebuah blender kesayangan pamannya. Kalau menurut bahasa gaul saat ini, deskripsi cinta antara Ikal dan Yamuna ini bisa dibilang lebay. Apalagi sampai menyamakan si blender Yamuna dengan A Ling!
Demikian juga ketika Ikal dijerat sakit cinta karena A Ling menghilang tanpa diketahui sebabnya. Ceritanya jadi bertele-tele. Kejenuhan seperti ini saya temui dalam novel Padang Bulan.

Ketika saya membaca novel Cinta di dalam Gelas, saya pun kembali dilanda kejenuhan. Terutama pada bagian, pemaparan tentang catur.
Mungkin karena saya tidak mengerti catur, jadi saya merasa jenuh dengan pemaparan yang panjang dan rumus-rumus yang tidak saya kenali. Bisa jadi begitu. Tergantung siapa yang membaca, bukan?
Yang kedua, ketika Andrea bertutur tentang jenis manusia berdasarkan cara minum kopi. Andrea menjelaskan mengenai cara minum kopi ini dalam mozaik ‘Buku Besar Peminum Kopi’.

Namun, dari dwilogi ini ada dua hal yang sering membuat saya rindu: balasan surat antara Ikal dan Mr Detektif yang disampaikan seekor merpati bernama Jose Rizal. Ini bagian yang saya suka. Membaca surat dari dua manusia yang sangat jenaka tidak jarang membuat saya terpingkal-pingkal.
Atau pada bagian di mana Ikal dan tiga rekan kerjanya di warung kopi dimarahi oleh pamannya. Di sini, omelan si paman sangat jenaka. Dan dia sukses buat saya tertawa.

Ah, iya, ada bagian yang sangat saya suka mengenai kopi:

“Jika kuseduhkan kopi, ayahmu menghirupnya pelan-pelan lalu tersenyum padaku”. Meski tak terkatakan , anak-anaknya tahu bahwa senyum itu adalah ucapan saling berterima kasih antara ayah dan ibu mereka untuk kasih sayang yang balas membalas, dan kopi itu adalah cinta di dalam gelas.


Seperti pada Tretalogi Laskar Pelangi, dwilogi ini juga sarat ilmu dan hikmah yang bisa dipetik. Sebagai penggemar Andrea, saya tetap merekomendasikan dua novel ini.
Subyektif sekali yah.. ^_^

HE Always be There!



Sedang sangat menyukai lagu-lagu ini. Mendengarnya, saya seperti mendapat energi positif. Energi yang membangkitkan semangat untuk selalu (berusaha) mendekat kepadaNYA.

Semoga kita bukan dalam golongan orang-orang yang diabaikan olehNYA. Bukan orang yang dibiarkan tersesat, berlama-lama dalam kubangan maksiat.

Semoga kesulitan yang mendera kita, justru menjadi cara untuk menemukan jalan dan ridhoNYA. Hanya kepadaNYA lah sebaik-baiknya tempat mengadu. Sebaik-baiknya tempat kembali.

[Xenophobia] Jangan Kalah Sebelum Berperang



Seperti halnya sarjana muda lainnya, ketika menyandang gelar sarjana justru diliputi perasaan cemas. Perasaan khawatir menghadapi dunia kerja. Demikian juga dengan saya kala itu.
Saya bingung tak karuan ketika selesai wisuda. Persediaan di perantauan sudah menipis. Pulang ke kampung dan mencari kerja di sana juga terasa berat karena kesempatan kerja di kampung sangatlah kecil.
Tapi siapa sangka, bukankah rejeki datangnya dari segala penjuru?
Benar saja, paman saya memberi tahu ada perusahaan penerbitan baru di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Membutuhkan banyak orang. Dengan pengalaman serba sedikit dari berorganisasi di kampus, paman saya yakin, saya bakal diterima. Benarkah? *sigh*
Tanpa pikir panjang, saya langsung mengiyakan usul paman. Kemudian, klik. Telepon ditutup. Saya terpekur sendiri.

Pangkalan Bun? Kalimantan Tengah? Borneo? Di sebelah mana itu??? Saya bahkan belum pernah dengar nama PANGKALAN BUN. Saya cuma kenal Pangkalan Brandan di Sumatra.
Kemudian, di bukalah atlas. Saya cari-cari letak Pangkalan Bun. Hasilnya: Tidak puas.
Dibuka pula Google. Mencari tahu, tempat seperti apakah Pangkalan Bun itu? Hasilnya : cukup puas
Terakhir, bertanyalah saya pada teman-teman. Dan ini yang membuat saya down.

Seorang kawan bercerita, bahwa ada kerabatnya yang bekerja di Kalimantan dan tak kunjung pulangl. Lima tahun baru pulang ke kampung halaman. Itupun sebentar.
Belum lagi, biaya hidup di Kalimantan yang teramat mahal. Karena semua barang didatangkan dari Pulau Jawa. Jadi, berapapun gaji saya, kata kawan, tetap sulit untuk menabung.
Ditambah pula dengan embel-embel di sana tidak ada tempat hiburan semacam mall, toko buku yang besar dan lengkap, bioskop, dan yang pasti sepi.
Cerita lain dari kawan saya, di Kalimantan, apalagi di kota kecilnya, masih banyak Suku Dayak asli. Dan yang menakutkan, kepercayaan mereka terhadap dunia mistis masih sangat kuat.


“Biasanya, orang yang sudah pernah ke Kalimantan, akan sulit untuk kembali ke kampungnya lagi. Intinya, kalau sudah minum air sungainya, kamu bakalan jadi orang sana selamanya!”



DEG! Mana saya nggak ada satupun famili di Kalimantan! Oh my…

Itulah deretan cerita-cerita yang bikin saya berpikir seribu kali untuk bekerja di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Sampai akhirnya, ketika saya harus berhadapan dengan si paman, terjadilah adu argumentasi. Saya keukeuh untuk membatalkan niat melamar kerja di Kalimantan. Seribu alasan saya sampaikan. Tentu, saya tidak mengutarakan alasan dari cerita-cerita kawan saya. Saya berusaha memberi alasan yang masuk akal. Dan paman saya Cuma menggelengkan kepala, kemudian pergi meninggalkan meja makan.

Akhirnya, pulanglah saya ke rumah ibunda di kampung halaman. Baru setengah bulan, saya kembali dihinggapi sindrom sarjana muda. Mulai bosan di rumah karena tidak kunjung peroleh kerja. Saya teringat lagi dengan lowongan kerja di Kalimantan.
Tiba-tiba terbersit kemauan untuk menghubungi si paman, menanyakan, apakah lowongan itu masih ada?
Dan alhamdulillah, ternyata masih ada waktu satu minggu lagi. Maka dimulailah sesi berkirim surat lamaran, ikut test tertulis, psikotest, wawancara, sampai saya dinyatakan DITERIMA.
Parahnya, ketika sudah mendapat informasi bahwa saya diterima, godaan kembali datang. Cerita-cerita dari teman tentang gambaran kota kecil di Kalimantan kembali terngiang. Menakut-nakuti. Ah… Grrrrrrrrrrr…..!

Mau nggak mau, saya pun utarakan masalah ini pada si paman. Kemudian meluncurlah, nasihat-nasihat bijak dari paman. Di antara banyaknya nasihat, yang paling saya pegang kuat-kuat adalah:
“Kalau kamu sudah menyerah sebelum berangkat, itu sama saja dengan kamu kalah sebelum berperang.”
Terasa sekali ada penekanan dalam kalimat ‘KAMU KALAH SEBELUM BERPERANG!”
Kalimat ini sangat mengena. Saya merasa tertantang. Ya, saya tidak akan tahu dan tidak akan pernah tahu bagaimana masyarakat di Kota Pangkalan Bun kalau saya tidak mengalaminya sendiri. Saya hanya takut berlebihan. Padahal ketakutan itu duduk dan bersembunyi dalam pikiran saya sendiri.
Satu pesan paman ketika saya akan terbang dari Jakarta menuju Pangkalan Bun: ‘Jaga diri. Di negeri orang, pandai-pandailah membawa diri. Carpe diem.’
Wow. Carpe diem?



Waktu pun berputar, tidak terasa, saya sudah 3 bulan di Pangkalan Bun dan saya merasa betah. Saya pun memberi kabar pada paman. Beliau senang bukan kepalang.
Ya, memang terasa jauh dari keluarga, tidak ada mall, tidak ada bioskop, pun toko buku yang lengkap. Harga segala barang pun terpaut jauh dengan Jawa. Jelas saja, semua serba dipesan dari Jawa.
Tapi toh saya tidak kenapa-kenapa. Saya menikmatinya. Karena saya jadi mengenal dunia lain, lingkungan yang lain. Bisa mendapati dengan mudah rimbunnya hutan Kalimantan, riangnya kicau burung, udara segar, dan lain-lain. Sebuah anugerah yang sulit saya dapat jika saya tinggal di Jakarta, bukan?

Masyarakatnya? Alhamdulillah, semua yang saya temui baik. Walaupun mungkin ada, tapi saya bersyukur sekali karena dipertemukan dengan orang-orang yang baik. Mereka welcome. Apalagi bagi mereka yang belum pernah ke tanah Jawa, rasa ingin tahunya sangat tinggi. Solidaritasnya tinggi dan suka menolong. Tentu, ini tidak lain dan tidak bukan karena nasihat pamanda, 'Pandai-pandailah membawa diri'.

Soal dukun?? Ah, itu cuma kabar burung… (LOL)
Kalaupun ada, saya tidak menemukannya.

Foto: Dari dokumen pribadi

Ayo Daftar di Imcrew!!

Baiklah kawan...
Akhirnya saya harus membuat pengakuan, bahwa saya salah satu blogger matre.
Betul! Saya ini blogger matre!

Salah satu bukti bagaiman matrenya saya dalam dunia blogging adalah saya pernah ikut paid review.
Salah keduanya adalah saya pernah ikut Paypal Wishlist!
Alhamdulillah, selama menjadi blogger matre, saya sudah meraup dollar.
Jiaahhh! Bahasanya!
Lumayan sob, buat bayar domain dan hosting. Yaikks!

Nah, ngomong-ngomong soal blogger matre, ada lagi nih yang bikin saya tergiur dan bersimbah air liur.
Hmmpfff!
Namanya, Imcrew.
Ini PPL baru yang belum ada bukti payout-nya. Begitu kita daftar, dapat bonus 10$. Kalau kita berhasil mengajak teman untuk gabung di Imcrew (referal), kita dapat 2$. Bonus ini cuma sampai 1 Agustus 2010. Ini lhoooo pernyataan dari mereka:



Until the 1st of August, we are in the pre-launch stage. At the moment you can earn money by referring other users to join Imcrew - You will earn $2 for every active referral. Use your referral link to do this. After the 1.st of August You will be able to earn money by Reading and Sharing articles what we will provide to you, you will be able to earn up to $1275/month by doing this. So Copy your Referral link and give it to everyone you know- because you will be able to earn $2 for everyone you refer and also 20% of their Revenue what they get from reading and sharing articles.




So, kalau teman-teman penasaran, daftar saja. Dan berdoa, semoga Imcrew terbukti membayar, seperti program Paypal wishlist.
Asli saya ngarepdotcom. Haha.

Udah ah, masih banyak PR. Ciao...!!! Bubyeeeee! *Alay detected*

Dibalik Piala Dunia 2010

Berhubung saya tidak bisa menyaksikan Piala Dunia 2010 live di dua stasiun televisi Indonesia, yakni RCTI dan Global TV, jadilah saya menikmatinya dengan cara berbeda.

Nobar? Bukan.
Live streaming? Ah, bukan.
Lalu?

Dengan membaca. Haha. Klise memang. Bagaimana bisa menikmati piala dunia hanya dengan membaca?
Ah, tapi saya bisa menikmatinya. Ya, tentu saja bukan menikmati bagaimana melihat Messi meliuk-liuk di lapangan hijau dan menendang bola dengan indahnya. Atau menyaksikan Kaka banjir keringat. Aww! *sigh*

Acara menikmati piala dunia kali ini, saya cukup dengan melihat klasemen. Negara mana saja sih yang sudah tersisih? Dan saya terkaget-kaget dan hampir terpingsan-pingsan baca berita Italia pulang kampung. Ha?? Italia tersisih??? *pingsan*

Fokus.

Ngomong-ngomong soal piala dunia dan bagaimana saya menikmatinya, ini dia beberapa hal yang mungkin sewajarnya dinikmati, diresapi, dan bilang..'oooh...ternyata gitu toh.." Kemudian manggut-manggut.
Ya, kita juga harus mengetahui sisi lain dari sepak bola tingkat dunia ini. Jangan cuma tahu kapan gol masuk gawang, tapi nggak mengerti apa saja sih dibalik Piala Dunia 2010?
1. Jabulani.
Ini nama bola yang selalu dikejar-kejar pemain bola se-dunia pada ajang Piala Dunia 2010. Jabulani artinya “merayakan” dalam bahasa Isizulu sebuah suku di Afrika Selatan.
Tapi, pada awal-awal pertandingan piala dunia kali ini, Jabulani dikeluhkan oleh para pemain. Ada yang bernada negatif, ada juga yang justru terpacu untuk menaklukan si Jabulani. Wow. Nice!
Pada hari-hari berikutnya, media asing memberitakan bahwa keluhan terhadap Jabulani ini dapat dijelaskan dengan lokasi pertandingan dan efek tendangannya. Di Johannesburg misalnya, bola bisa melambung lebih cepat dan lurus karena tekanan udara di sana lebih rendah. Lain halnya dengan di Durban. Begitu kira-kira.
Bagaimana sih, bentuk Jabulani?

Gambar dari: unitedindonesia.org

2. Vuvuzela
Benda yang menimbulkan suara mirip tawon dan lalat ini sudah dicaci penonton, komentator, pelatih, dan pemain sepak bola dari awal piala dunia digelar.
Haha. Padahal pada piala dunia sebelumnya juga ada suara terompet seperti ini. Hanya saja, mungkin tidak sebanyak di Afrika Selatan. Sampai akhirnya, terompet tradisional Afrika Selatan ini menuai kontroversi.
Karena, selain bikin berisik, vuvuzela juga dituding dapat menimbulkan ketulian jika kita mendengarkannya terus menerus. Jika diukur dengan satuan desibel (dB), vuvuzela bisa menghasilkan 127 dB. Wow!
Yang bikin saya tercengang adalah, cara memainkan terompet klasik dengan panjang satu meter ini cukup dengan menggetarkan bibir. Jadi penasaran ingin mempraktikan. (okok)


Gambar dari: http://blogs.reuters.com

3. Makarapa
Selain vuvuzela, aksesoris khas Afrika Selatan yang banyak dipakai suporter adalah Makarapa, yakni sejenis helm proyek yang dihias cat warna warni dan beragam motif.

Gambar dari: http://www.dailymail.co.uk

4. Zakumi
Ini adalah maskot resmi Piala Dunia 2010. Singa muda yang bersemangat dengan rambut jabrik berwarna hijau.
Sengaja nggak mau panjang lebar bahas tentang zakumi karena saya menjual boneka ini.. Made in Indonesia. Haha. Promosi booo!

Hmmm.. Baru empat ya? Masih banyak lagi yang bisa dikupas dibalik meriahnya Piala Dunia 2010.
Tentang musim yang tidak bisa ditebak, tentang Cape Town (sebuah kota yang katanya lebih hangat dan ramah ketimbang lainnya), tentang persiapan orang-orang dibalik kesiapan Afrika Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010, tentang warga miskin yang dibayar murah untuk membuat maskot piala dunia.
Dan yang paling mengerikan bagi saya adalah kisah puluhan anak yang hilang selama piala dunia berlangsung. Beruntung, anak-anak yang hilang ini bisa ditemukan.
Huffft! Bukan rahasia dong, di Afrika Selatan banyak penculikan anak. Dan bukan tidak mungkin kesempatan ini dimanfaatkan para penculik. Atau para penculik ini ikut sibuk menonton piala dunia? Semoga lah ya... (worship)

Kebisuanmu

Dulu..
Kamu yang menggebu.
Mencari tahu.
Tapi kini, kamu menjauhiku dan berlalu.

Sempat ku tanyakan kabar, hanya senyap yang ku dapat.
Aku diamkan, kamu semakin hanyut dalam diam.

Semua seolah terputus.
Jaring komunikasi berteknologi tinggi pun seolah percuma.
Bagaimana bisa berkomunikasi jika jemarimu seolah tak kuasa menyentuh keyboard?
Bagaimana bisa berkomunikasi, jika handphone, satu-satunya benda yang selalu menempel di sakumu dibiarkan beku?
Gelisahmu, kebisuanmu, kegamanganmu seolah sepakat memusuhiku.

Jangan paksa aku untuk menebak-nebak apa maumu dengan berusaha memahami kebisuanmu.
Jangan pula memaksaku untuk mengerti arti perubahan sikapmu.
Aku tidak bisa melakukan itu.

Duhai kamu..
Pintuku terbuka lebar untukmu.
Tak peduli berapa pun banyaknya lukamu.

Percayalah…
Setiap masalah akan menemui jalannya sendiri..

**Ditulis untuk seorang sahabat dan kerabat*

Plurk! (Peace, love, unity, respect, and karma)

-Pagiiii... Semangaaatt! (funkydance)
-Maaf, terpaksa injek2 si Mark.. :(
-Jangan kau bohongi aku..
-Playlistnya dia cuma ada satu lagu atau gimana sih kok diputer2 mulu
-Ini mahasiswa UNM kok doyan banget tawuran sesama kampus sih? Gak ada kerjaan lain apa? gak malu apa?
-sanjungan yang memabukkan... :-P

Tulisan di atas adalah sedikit dari thread teman-teman di plurk. Nggak penting. Serius! Thread di Plurk seringkali memang sangat tidak penting. Walaupun pada hal-hal tertentu ada juga yang menulis thread serius.
Ada yang mengajak diskusi di Plurk, seperti yang dilakukan Mbak Med. I miss you, Mbak.. (cozy)
Atau mengajak kita melihat fenomena sosial dari sudut pandang yang berbeda, out of the box. Ini yang sering dilakukan Pak Ikhlasul Amal. :D Ada juga yang memasang thread menye-menye, kebeles pipit sampai cemburu sama pasangan. Bahkan ada yang cuma memasang emoticon, kemudian diberondong dengan banyak komentar.

Tapi, terlepas dari ketidakseriusan thread, Plurk sudah memberi warna tersendiri bagi saya. Lewat Plurk, saya menemukan keluarga baru dari dunia maya, menemukan komunitas ibu-ibu PKK yang sebenarnya, menemukan sahabat baru, contohnya om matahari, juga menemukan mbah ini dan ini, juga eyang xitalho.

Lewat Plurk, saya bisa mengekspresikan kesedihan, frustasi, senang, bahkan sampai menggila! Mengekspresikan apa yang saya rasakan dalam kalimat yang pendek. Karena dibatasi sampai 160 karakter. CMIIW.
Meski media sosial lain, seperti FB dan Twitter juga bisa jadi tempat berekspresi, tapi saya merasa jauh lebih nyaman dengan Plurk. (funkydance)

Seperti akronim dari Plurk sendiri, yakni peace, love, unity, respect, and karma, Plurk memang memenuhi lima kriteria tersebut.
Walaupun bebas berekspresi, membuat Thread di Plurk juga tidak boleh bermuatan SARA. Kalau menulis kangen sama Sarah sih boleh saja. :P
Ketika memberi komentar atau respons pun, sebaiknya tidak asal. Apalagi kalau sampai alay. Bisa dikepruk atau bisa jadi diberondong oleh plurker yang lain.
Kalau ingin dihargai oleh plurker yang lain, kita juga harus respek pada orang lain.
Dan karma.
Kriteria yang membedakan Plurk dengan media sosial lainnya adalah karma. Berapa karma sodara sekarang? Tergantung dari rajin atau tidaknya sodara ngeplurk setiap harinya. (haha)

Berbicara tentang 'rajin ngeplurk' saya jadi merasa tersindir sendiri. Bagaimana pun, Plurk adalah media sosial. Bisa dijadikan tempat bermain, bisa jadi tempat diskusi. Tapi, saking asyiknya ngeplurk, seringkali waktu online saya terbuang untuk Plurk.
Ya, untuk kasus ini sih tergantung orangnya. Kebetulan saja saya sudah addicted sekali dengan Plurk.
Apakah sodara juga sudah kecanduan Plurk seperti saya? (evil_grin)

Menikmati Piala Dunia 2010 tanpa Televisi

Harusnya malam ini saya duduk manis di depan televisi. Menyaksikan pertandingan perdana Piala Dunia 2010.

Harusnya malam ini saya melihat pertandingan yang dulu sangat saya gandrungi. Bersama belasan teman kos, tidur di depan TV sampai pagi.

Harusnya malam ini saya sudah memprediksi siapa yang bakal menang. Memberi dukungan pada tim sepakbola. Berteriak goooooollll...ketika jagoan saya berhasil memasukkan bola ke gawang lawan.

Tapi malam ini di kamar saya tidak ada benda bernama TELEVISI...!

Dan malam ini...

Malam ini saya bengong di kamar.
Sesekali tertawa lebar melihat thread teman-teman di plurk.
Kemudian bengong lagi.
Bingung mau mengerjakan apa.
Seharian 'berselancar' di dunia maya. Dan malam ini saya masih juga melanjutkan aktivitas yang sama.


*menghela napas dan merenungi tulisan di atas*

Saya bukan seorang pecinta acara televisi. Bukan juga seorang pecinta sepakbola sejati. Bahkan nama-nama pemain sepakbola pun hanya hafal beberapa saja.
Apa iya saya masih sebegitu gandrungnya sama sepakbola?
Hmm.... Baru sadar..
Ternyata semangat saya untuk menyaksikan piala dunia sudah menurun. Tidak membara seperti dulu.

Jadi, kalau sekarang saya nggak bisa melihat pertandingan sepakbola dunia ini, ya nggak apa-apa.
Toh, masih banyak kegiatan yang lebih penting daripada sekedar menyaksikan satu bola yang diuber-uber ke sana ke mari.

Toh, saya masih punya hiburan yang lain. Masih ada internet kalau ingin sekadar up date. Masih ada koran esok, meski sudah pasti telat.

Artinya, televisi tidak menjadi sesuatu yang harus dan kudu ada sekarang juga.

So, menikmati Piala Dunia tanpa televisi? Siapa takutttt!!


UPDATE:

Lupa sob, ini buat yang mau tahu jadwal Piala Dunia 2010. Silakan main ke blognya Mas AndyMSE.
Atau download versi EXCEL di sini.
Atau.. Kalau mau lihat versi terkerennya. Sila ke sini saja!

Jaman Wis Akhir

Jaman wis akhir. Iya, mungkin jaman sudah mendekati 'akhir' sampai-sampai banyak kejadian yang irasional. Kejadian yang tidak lazim. Fenomena yang tidak patut untuk diketahui begitu mudah dicari, disebarluaskan.

Iki jaman edan. Iya, orang-orangnya sudah edan. Pemimpinnya tidak bisa dijadikan teladan. Yang ada hanya berebut harta dan kekuasaan. Semakin sulit mencari figur yang bisa dijadikan teladan.
Tidak ada lagi keadilan. Semua bisa diperjualbelikan. Semuanya!
Sampai sulit untuk membedakan mana yang salah dan yang benar.

Melihat fenomena akhir-akhir ini, saya jadi teringat dengan sebuah lagu Jawa yang (kalau tidak salah) pernah dinyanyikan oleh Kyai Kanjeng. Judulnya Jaman Wis Akhir.

Jaman wis akhir jaman wis akhir bumine goncang
Akale jungkir Akale jungkir Negarane goncang
Jaman wis akhir jaman wis akhir bumine goncang
Akale jungkir Akale jungkir Negarane goncang

Jaman wis akhir Jaman wis akhir dunane sungsang
Makmume kintir makmume kintir imame ilang
Jaman wis akhir Jaman wis akhir dunane sungsang
Makmume kintir makmume kintir imame ilang

Jaman wis akhir jaman wis akhir langite peteng
Atine peteng atine kafir uripe ngleleng
Jaman wis akhir jaman wis akhir langite peteng
Atine peteng atine kafir uripe ngleleng

Jaman wis akhir jaman wis akhir banjire bandang
Sing mburi mungkir sing mburi mungkir sing ngarep edan
Jaman wis akhir jaman wis akhir banjire bandang
ing mburi mungkir sing mburi mungkir sing ngarep edan


Sepakat sekali dengan isi lirik lagu di atas. Kita sedang mendekati 'akhir zaman'. Semoga masih ada waktu untuk memperbaiki dan saling mengingatkan dalam kebaikan. Dan semoga kita tidak ikut-ikutan terjebak dalam arus zaman yang semakin 'edan.
Semoga!

Virus Cinta Kerudung Taaj


*Jilbab ini yang saya pakai lhoooo*

Perkenalan awal saya dengan Kerudung Taaj kurang lebih satu tahun yang lalu melalui blog multiply milik Kak Lessy.
Dari link di blog Kak Lessy, saya lalu memburunya. Mencari tahu seperti apa sih bentuk Kerudung Taaj? Dan..eng ing eng! Ternyata manis-manis sekali! Semuanya ingin saya beli. Maruk ya? Iya. Hehehe.
Tanpa pikir panjang lagi, saya add button YM yang ada di website Taaj.

Di YM, saya bertanya banyak hal tentang jilbab yang saya inginkan. Cerewet sekali saya bertanya sama CS House of Taaj, kalau tidak salah dan tidak lupa namanya Mbak Irma.


Misalnya begini, 'Produk A masih ada? Kalo B masih? Yang C? yang Z mbak, masih ada? Yang model G? Ukuran S ada? Ongkos kirim ke Pangkalan Bun berapa (waktu itu saya masih di Kalimantan Tengah), berapa lama pengiriman? Ada diskon tidak? bagaimana kalo saya mau jadi reseller?' Dll...Dll...



Terbayang kan, bagaimana ceriwisnya saya?? Dan Mbak Irma dengan sabar menjawab semua pertanyaan saya. Serius, Mbak Irma saaaaabar sekali!

Setelah melalui perbincangan panjang di YM, akhirnya saya deal membeli tiga Kerudung Taaj dan otomatis menjadi member sekaligus diskon ongkos kirim. Alhamdulillah.. Barang diterima tepat waktu.

Itu sekelumit pengalaman pertama saya membeli kerudung Taaj. Pemesanan berikutnya, saya cukup menyapa di YM dan memberi tahu nomor membernya. Alhamdulillah semua berjalan lancar dan puas dengan kerudung Taaj.
Karena saya merasa puas dan banyak teman yang menanyakan di mana beli kerudung cantiknya? Maka, saya juga menularkan 'virus cinta' Kerudung Taaj pada teman-teman di kantor (Kalimantan Tengah), keluarga, dan teman-teman blogger. :D

Ada pengalaman lucu dan bangga dengan Kerudung Taaj. Setelah saya pindah ke Jakarta dan bekerja di sebuah kantor di daerah Jakarta Selatan, saya masih sering menggunakan Kerudung Taaj.
Beberapa hari yang lalu, ketika saya memakai Kerudung Taaj model dual series (seperti foto di atas) bos di kantor saya langsung berkomentar.
"Jilbab kamu cantik, ethie. Casual dan modelnya unik. Merk apa?"
Hihi. Dipuji jilbabnya cantik saya cuma senyum-senyum saja.
Jadi tambah suka sama Kerudung Taaj. Jilbab trendy yang sesuai syariat Islam, karena panjang dan menutup dada.
Hayooo teman-teman blogger ada yang terkena 'Virus Cinta Kerudung Taaj'? Sumonggo..datang langsung di Facebook-nya atau website Kerudung Taaj.

*Foto dari FB Kerudung Taaj*

Alangkah Lucunya Masalah di Negeri Ini

skul Rasanya tidak berlebihan jika senias senior Dedy Mizwar memberi judul ‘Alangkah Lucunya (Negeri Ini)’ pada film terbarunya. Karena memang negeri kita penuh dengan kekonyolan, kalau tidak mau disebut ironis.
Serius. Konyol sekali!
Bandit menyelidiki bandit. Lihat saja Pansus Century. Anggota pansus ini berniat menyelidiki kasus bailout century. Tapi apa? Beberapa di antara mereka malah tersangkut kasus korupsi. Sebutlah kasus dugaan L/C fiktif Century dan kasus suap pemilihan deputi gubernur BI tahun 2004 yang menyeret beberapa nama politisi senior.
Di tengah pasang surut pengusutan kasus Century, tiba-tiba terperiksa ditunjuk menjadi Managing Director di World Bank. Dan.. Good bye Pansus Century, Good bye KPK!
Beberapa hari kemudian, tidak kalah mengejutkan, pemerintah membentuk Sekretariat Gabungan Koalisi Partai Politik dengan ARB sebagai ketua pelaksananya.
Oh yeaah.. sekarang tidak hanya pansus Century yang bubar, kasusnya pun bakal menguap. Dan uang Rp6,8 triliun batal diusut terkubur oleh setgab. Kasus pengemplang pajak pun hilang tanpa jejak. Apalagi Lumpur Lapindo!
Belum ada penyelesaian kasus Century, anggota dewan yang katanya mewakili rakyat tiba-tiba berteriak minta pembangunan gedung baru. Tidak tanggung-tanggung, biayanya Rp1,8 triliun! Alasannya gedung lama sudah miring 7 derajat. Mengalahkan kemiringan Menara Miring Pisa di Italia!
Tidak lama berselang, lagi-lagi anggota dewan yang katanya penyalur aspirasi rakyat, kembali berkoar-koar minta jatah Rp15 miliar per orang untuk daerah pemilihannya masing-masing. Totalnya Rp8,4 triliun!
Dagelan ternyata belum selesai. Di luar senayan, bandit kelas internasional diduga terlibat kasus suap pencetakan uang, pemberantasan teroris dengan cara menembak mati, utang yang menggunung, pengacara koruptor mendaftar jadi calon ketua KPK, wacana ARB jadi presiden, hahahaha... Dan rentetan kasus lainnya yang panjangnya sama dengan deret hitung matematika!

Ah iya, itu baru politik. Belum lagi masalah pengangguran, kemiskinan, anak jalanan, bencana, pemadaman, perburuhan, infrastruktur, lingkungan, kriminal, pendidikan…silakan dilanjutkan.
Masalah demi masalah terus mendera negeri ini. Dan yaa saya percaya, ini adalah bagian dari struggle of life. Masalah-masalah ini bukan untuk dihindari, melainkan dihadapi.

Semoga negeri ini tidak hanya ‘lucu’, tapi segera bergerak maju. Semoga negeri yang lama terjangkit ‘penyakit’ ini segera bangkit. Semoga dan semoga..

**Foto dari dokumen pribadi

Kecelakaan Terindah

Serupa larutan pewarna. Ia kerap menjelma ‘kecelakaan terindah’. Dan menjadi lukisan megah dengan harga yang wah.


Serupa pelukis. Ia tak hanya memperhatikan estetika, tetapi juga komposisi warna agar tetap indah dipandang. Agar tak mudah lekang.


Dan serupa lukisan. Ia akan awet jika kita mau memeliharanya. Agar tak cepat memudar warnanya. Agar tidak mudah kusam bentuknya.


Begitulah cinta kita mewujud. Dan begitulah memelihara cinta.


Pertemuan kita adalah kebetulan. Atau mungkin juga ’kecelakaan’.
Pertemuan yang berbuah pertemanan. Hingga kita sama-sama tak sadar ada ’kecelakaan terindah’ bernama cinta.
Ya, 'kecelakaan terindah' seperti dalam lukisan itu adalah cinta.


Cinta yang harus terus menerus dipelihara, hingga akhir hayat kita.
Ketika kita sama-sama enggan memelihara cinta, jangan menangis jika cinta menjumpai babak terakhirnya. Bisa saja menyedihkan dan memilukan.


Memilih babak akhir cinta bahagia atau duka?
Jawabnya ada pada DIA dan bagaimana kita memelihara cinta.

Si Pengamen Kecil

Aku ingin engkau ada disini
Menemaniku saat sepi
Menemaniku saat gundah
Berat hidup ini tanpa dirimu
Ku hanya mencintai kamu
Ku hanya memiliki kamu

Reff:
Aku rindu setengah mati kepadamu
Sungguh ku ingin kau tahu
Aku rindu setengah mati
Meski tlah lama kita tak bertemu
Ku slalu memimpikan kamu
Ku tak bisa hidup tanpamu
Aku rindu setengah mati kepadamu
Sungguh ku ingin kau tahu
Ku tak bisa hidup tanpamu
Aku rindu…
**D Masiv – Rindu Setengah Mati Feat Kevin Vierra

Adakah di antara teman-teman yang hafal dengan lirik lagu di atas? Atau familiar mendengarkan lagu itu?
Hmm... pasti sebagian besar jawabannya IYA! :D *ngasal*

Saya tidak sedang mengajak teman-teman untuk main tebak-tebakan, pun mengajak untuk menghafal liriknya atau sekedar mendengarkannya. Tidak. Saya sedang teringat dengan pengamen kecil di metromini (Kopaja) yang sering saya tumpangi.

Malam hari, bulan Februari 2010. Tanggalnya lupa.

Dalam kondisi penat, diiringi suara mesin metromini yang menderu, dan hujan deras yang seolah tumpah ruah dari langit, lamat-lamat terdengar suara anak kecil menyanyikan lagu itu. Hampir tidak terdengar! Meski semua penumpang diam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Saya yang semula setengah memejamkan mata sembari berdoa, merasa terusik dan terjaga mencari-cari suara siapa gerangan.
Setengah kaget ketika saya mendapati anak kecil yang usianya baru enam tahun (perkiraan saya) mencubit lehernya sendiri agar suaranya bisa terdengar oleh orang lain! Setengah berteriak dia menyanyikan lagu itu. Padahal belum tentu penumpang yang ada di dalam metromini terhibur. Padahal belum tentu penumpang peduli dengan keberadaannya. Bahkan mungkin ada yang tidak senang dengan kehadirannya.

Saya cek jam dari handphone. Sudah lewat pukul sembilan malam. Oh Tuhan.. Sudah jam segini dan bocah kecil ini masih mengais rupiah di tengah hujan deras dan dinginnya malam tanpa alas kaki. Hanya berbalut kaus dan celana pendek lusuh! Fiiuuuuhhh...

Tiba-tiba, mata saya panas. Sedih. Bahkan ketika menulis postingan ini. Perih rasanya melihat perjuangan hidupnya.
Allahu Robbi... Limpahkan rizki kepadanya.
.
.
.
.
.
.
Pada kesempatan lain, di metromini yang berbeda, saya menemukan beberapa pengamen yang menyanyikan lagu di atas. Dan tiap kali mendengarnya, saya teringat anak kecil yang saya temui malam itu. Anak kecil yang berusaha mencari uang dengan menghibur penumpang. Meski dia tidak tahu keberadaannya di metromini dianggap apa oleh mereka yang 'beruang'.

Selamat weekend.. Apakah teman-teman juga menemukan pengamen dengan lagu yang sama?

Berkenalan dengan Putri Malu



Bagi sebagian orang, terutama orang dewasa tentunya kenal dengan tumbuhan Putri Malu atau dalam bahasa ilmiahnya Mimosa Pudica L. Tumbuhan yang ‘reaksi malunya’ bisa dilihat langsung. Hanya dengan sentuhan kecil ujung jari, daun-daun kecil bunga Putri Malu yang berhadapan-hadapan ini langsung menguncup malu. Ini mungkin salah satu penyebab bunga tersebut dinamai Putri Malu.
Untuk kita, rasanya tidak asing melihat jenis bunga ini. Bunga yang dirantingnya penuh duri dan hidup di tengah semak-semak, mudah sekali ditemukan. Apalagi bagi mereka yang berasal dari desa. Seperti saya, misalnya.
Tapi bagaimana dengan generasi sekarang? Anak-anak kecil yang sekarang duduk di bangku TK dan SD? Mereka yang sedari kecil hidup di kota? Apakah mereka mengenali bunga yang satu ini, juga bunga jenis lainnya?
Hmmm… Saya tidak yakin. Karena saya sudah membuktikannya, meski dengan sample yang tentunya tidak representative.

Ceritanya, pertengahan Februari lalu, saya diajak oleh sepupu kecil yang masih kelas 1 SD dan kelas 5 SD. Mereka mengajak saya jalan pagi di sekitar taman kompleks perumahan Cireunde.
Di pertengahan jalan, tiba-tiba saya menemukan bunga Putri Malu. Saya coba tanyakan pada mereka berdua, ternyata mereka tidak tahu. Justru bilang, ‘Tanaman apaan tuh?”
Saya kaget. Bukannya bunga ini seharusnya sudah dijelaskan dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam? Gurunya yang tidak menjelaskan, atau anak-anak ini yang tidak memerhatikan pelajaran?
Jadilah saya berperan sebagai guru dadakan di pinggir jalan. Menceritakan bagaimana reaksi bunga Putri Malu ini ketika mendapat rangsangan dari luar. Kenapa bunga ini menguncup ketika disentuh. Menjelaskan juga bahwa tanaman bisa bereaksi terhadap malam, pagi, matahari, juga serangga.
Dan mereka cuma manggut-manggut sambil kenalan dengan si Putri Malu.

Nah, gara-gara penjelasan ini, di sepanjang jalan menuju rumah, saya dihujani pertanyaan-pertanyaan yang bikin kelabakan. Ternyata anak-anak kecil ini bukan takut bermain di luar atau enggan berkenalan dengan lingkungannya. Mereka cuma tidak punya tempat bertanya dan kesempatan untuk mencari tahu, apa sih nama tanaman-tanaman itu? Kenapa tanaman itu tumbuh di daerah sini, bukan di daerah lain? Bagaimana sih cara merawat tanaman biar nggak cepat mati? Dll..

Hmm… Saya prihatin dengan kondisi yang dialami dua sepupu kecil itu. Hidup di kota menjadikan mereka ‘abai’ dengan sendirinya. Mereka tidak mengenal apa-apa yang ada di sekelilingnya (nature deficit disorder).
Ah ya, rasanya tidak hanya anak kecil yang mengalami nature deficit disorder, orang dewasa juga masih banyak. Saya misalnya. Ketika pergi ke Kebun Raya Bogor, Ragunan, taman kota Tangerang atau ruang terbuka lainnya, saya sering mendapatkan nama pohon yang baru kali itu saya temui. Sayangnya, saya belum membiasakan diri mencatat nama pohon, berikut nama latinnya, dan memotretnya.
Berkenalan dan mencoba mempelajari nama-nama pohon itu menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan bagi saya.
Saya justru kesal ketika mendapati pohon yang tidak saya kenali. Dan naasnya lagi, pohon tersebut tidak diberi keterangan nama. Kesal bukan kepalang. Menyesal sekali karena saya tidak bisa menikmati apa yang ada di sekeliling saya.
Ah, ternyata saya juga mengalami nature deficit disorder! Apakah sodara juga pernah mengalaminya? Atau jangan-jangan cuma saya yang begini, sedangkan orang lain sudah begitu familiar dengan aneka flora dan fauna? *merinding*

Earth Day Every Day



Dua bulan terakhir ini saya tinggal di kosan yang berada di kawasan sadar lingkungan. Iya, sadar lingkungan. Setidaknya ini yang terpampang di spanduk besar di ujung gang:  ‘Anda memasuki kawasan sadar lingkungan” Begitu kira-kira bunyi tulisannya.

Saya tidak tahu kenapa gang di kampung ini disebut ‘kawasan sadar lingkungan’? Yang pasti, saya merasa nyaman ketika memasuki wilayah ini. Terasa lebih sejuk karena di kanan kiri jalan gang banyak tumbuhan hijau. Tidak terlalu banyak memang. Tapi pohon berukuran cukup besar dan bunga-bunga cantik yang menempel di dinding samping rumah warga, menambah kesan asri.

Sepanjang jalan pun jarang, bahkan boleh dibilang tidak ada sampah, kecuali daun yang berguguran. Kalau daun berjatuhan, menurut saya malah justru memperindah, bukan? Setiap pagi dan sore hari, bapak dan ibu-ibu di jalur gang ini setia sekali menyapu dan menyirami bunga. Iya, bapak-bapak juga. Membersihkan dan merawat lingkungan bersama-sama.

Lalu, apa menariknya?

Tentu saja, suasana asri dan sejuk yang saya rasakan. Saya membayangkan, seandainya semua permukiman penduduk memiliki kesadaran yang sama dengan warga di kampung ini, tentu udara Jakarta tidak terlalu pengap dan bikin sesak.

Apakah mimpi saya berlebihan? Sepertinya iya tapi bukan berarti tidak mungkin. Karena pada dasarnya, kewajiban menjaga lingkungan tidak melulu jadi tanggung jawab tokoh A setelah menyutujui nota kesepahaman, atau tugas besar negara B untuk mengurangi emisi. Tanggung jawab lingkungan ada di tangan kita, individu yang hidup di muka bumi.

Karena, kalau kita mau merunut satu demi satu, di bumi ini terdiri dari negara-negara. Negara terdiri dari kumpulan kelompok-kelompok. Kelompok terdiri dari individu-individu. So, tanggung jawab terhadap lingkungan (bumi) akan kembali ke pangkuan kita masing-masing, ke pundak tiap-tiap individu.

Apa yang kita lakukan terhadap lingkungan pada hari ini, akan menentukan masa depan bumi di masa mendatang. Sebab, setiap keputusan dan tindakan kita mengandung pilihan politis-ekonomis, juga ekologis untuk masa depan bumi.

Sejauh itu?

Ya.

Bayangkan saja, jika 150 juta orang dari 350 juta jiwa penduduk Indonesia memilih menggunakan sepeda motor atau mobil ketimbang angkutan umum massal. Atau 50% penduduk dunia lebih memilih rokok sebagai lifestyle. Dan atau, 100 juta orang membuang sampah plastik setiap harinya. Tentu masih banyak contoh yang lain.

Berbicara mengenai bumi, hari ini 22 April 2010 kita kembali diingatkan tentang pentingnya menjaga satu-satunya planet yang dihuni manusia ini. Semoga bencana banjir, gempa, lumpur Lapindo, gunung meletus dan rentetan bencana alam lainnya membuka mata dan hati kita untuk lebih care dengan bumi. Menjaga dan menyelamatkan bumi, meski baru bisa dilakukan dari hal  yang kecil.

Semoga Earth Day dan celebration lainnya tidak hanya semboyan tanpa tindakan yang nyata. Ya, semoga saja.

Come on, save our earth..



Mengharap Listrik dari TPA Sumur Batu

Akhir bulan kemarin, saya berkesempatan mengikuti pesta akbar narablog yang bertajuk Amprokan Blogger. Di bawah kepanitian dari komunitas Blogger Bekasi (BeBlog), acara ini berjalan sukses. Meski saya hanya mengikuti acara selama satu hari, saya berani simpulkan bahwa acara ini memang sukses. Sukses dalam arti, hanya hal kecil yang luput dari panitia. Dan itu jumlahnya sangat sedikit. Bahkan mungkin cuma saya yang merasakannya.

Keseluruhan acara ini digelar selama dua hari, Sabtu dan Minggu. Panitia tidak mewajibkan semua peserta untuk hadir di dua hari tersebut. Itu sebabnya, saya bisa pulang pada hari pertama karena kondisi yang kurang fit.

Acara yang saya ikuti di hari pertama lebih banyak diisi dengan kunjungan ke beberapa tempat ‘khusus’ di Kota Bekasi, seperti Tugu Patriot, Bantar Gebang, industri pembuatan boneka, President University, dan beberapa tempat lainnya. Dari beberapa lokasi yang dikunjungi, saya excited sekali dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Kota Bekasi.

Well, sebenarnya yang dikunjungi adalah TPA Sumur Batu yang merupakan bagian dari TPA Bantar Gebang. Nama TPA Sumur Batu memang seolah tenggelam dengan ‘kebesaran’ Bantar Gebang.

TPA Bantar Gebang sendiri bagi saya cukup fenomenal karena teramat sering nongol di layar kaca dengan berita yang lebih sering membuat kita miris. Saya penasaran. Sama penasarannya dengan keinginan saya melihat luapan Lumpur Lapindo!

Dan ternyata, seperti yang terpampang jelas di layar televisi, di Bantar Gebang ini terdapat permukiman kumuh yang dihuni para pemulung sampah. Miris sekali melihat keadaaan mereka. Hidup di antara tumpukan sampah dengan bau busuk yang menyengat. Tanpa listrik, tempat tinggal yang tidak layak, dan tidak sehat.

Saya sempat tertegun, ketika menyaksikan bapak-bapak yang sedang memilah botol plastic tersenyum ke arah bus kami yang melintas di depannya. Senyum tulus, seolah berkata, ‘Hey I live here and Im happy!”

Subhanallah, dalam keadaan yang menurut saya pribadi ‘miris’ bapak tadi masih bisa tersenyum. Jadi teringat diri sendiri yang terlalu banyak mengeluh..

Kembali ke soal sampah. TPA Sumur Batu menjadi tempat pembuangan sampah khusus daerah Bekasi. Di TPA ini sampah yang menumpuk hingga 20 meter dan mengeluarkan gas metan, dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS). Saya kurang tahu, apakah  daya listrik yang dimiliki pembangkit ini sudah dinikmati warga sekitar atau belum.

See? Ternyata sampah yang menggunung bisa dimanfaatkan sebagai tenaga listrik. Akan lebih baik lagi, seandainya dari warga sudah ada pemilahan sampah organik dan anorganik. Apalagi Pemkab Bekasi sudah menyediakan tong sampah khusus untuk pemilahan sampah organik dan anorganik.

Yah, semoga progam ini bisa berkelanjutan. Dan semoga isu miring tentang mafia sampah hanya isu yang akan menjadi 'informasi sampah'.

Ah iya baru ingat, ini posting terlambat.

Earth Hour: Prioritas dan Pilihan

Earth Hour…

Earth hour kali ini saya tidak bisa berpartisipasi total untuk mematikan lampu dan semua benda yang beraliran listrik lainnya tepat pada pukul 21:30 WIB.

Pertama, karena saya di kosan baru. Rasanya tidak elok kalau saya harus woro-woro ke ibu kos dan teman lainnya yang baru dikenal. Jadilah saya hanya mematikan lampu kamar, kipas angin, dan laptop.

Kedua, handphone saya masih dibiarkan menyala. Tentu tanpa terhubung dengan aliran listrik lagi.

Terbukti tidak total, kan?

Actually, saya sangat setuju dengan aksi ini. Bagi saya pribadi, apa ruginya mematikan aliran listrik selama satu jam dalam satu tahun? Hanya saja, saya belum bisa total karena dua alasan di atas.

Tapi, apapun alasan untuk menolak aksi ini, bagi saya semua itu soal prioritas dan pilihan.

Soal prioritas misalnya, bagi orang IT atau karyawan yang bekerja di bidang telekomunikasi, saya rasa akan memilih untuk tetap menyalakan listrik karena khawatir jaringan putus.

Atau bagi penjual es, mungkin akan tetap menyalakan kulkasnya karena khawatir es buatannya meleleh. Dan harus membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk membekukan kalau ia harus mematikan kulkasnya.

Itu cuma contoh kecil…

Menolak Earth Hour juga soal pilihan. Sebab, ini juga hak tiap individu. Mungkin saja dia sudah terlampau sering merasakan pemadaman mendadak ataupun pemadaman bergilir. Jadi, ngapain dimatiiin, toh nggak dimatiin juga hampir tiap hari mati lampu?? Mungkin alasannya begitu.

Lagipula, menolak Earth Hour bukan berarti tidak cinta bumi, kan? Dan menolak Earth Hour bukan berarti suka boros listrik, kan?

Semoga setelah aksi Earth Hour 2010 akan berbanding lurus dengan aksi hemat energi listrik setiap hari. Percuma woro-woro Earth Hour kalau masih boros dalam penggunaan listrik. Percuma woro-woro Hari Air Sedunia kalau kita masih boros air. Percuma woro-woro Hari Bumi kalau masih membuang sampah sembarangan. Apapun aksi solidaritasnya, harus diikuti dengan pembiasaan yang selaras dalam aktivitas sehari-hari.

Saya sayang dan cinta dengan bumi yang saya pijak. Karenanya saya tidak ingin menjadi bagian dari ‘tangan-tangan jahil perusak bumi’. Meski peran saya untuk mencintai planet ini baru bisa dilakukan melalui hal yang sangat-sangat kecil.

Jadi ingat dengan Aa  Gym tentang 3M.

So, masih tetap tidak peduli dengan bumi yang kita pijak sampai mati?

Sebuah LSM berpendapat, belum ditemukan ada planet lain selain bumi yang bisa menampung manusia.

Matikan Rokokmu Sebelum Rokok Mematikanmu

rokokAkhir-akhir ini ramai orang berdebat tentang fatwa rokok haram yang dinyatakan oleh Majlis Tarjih Muhammadiyah. Banyak pro dan kontra menanggapi fatwa ini. Ada yang beralasan penerimaan cukai dari rokok sangat tinggi, mempertanyakan nasib industri rokok, nasib petani tembakau, dan tentunya nasib pekerja di industri rokok. Kubu yang mendukung fatwa ini berpendapat, rokok tidak hanya membahayakan kesehatan pengguna dan orang lain, tetapi juga lingkungan sekitarnya.

Bagaimana dengan para perokoknya? Ah, ternyata mereka juga cuek beibeh!

Belum selesai diperdebatkan, Majlis Tarjih Nahdlatul Ulama menyatakan, rokok hukumnya makruh. Artinya, tidak berdosa jika dilakukan, tapi berpahala kalau ditinggalkan. Sebuah tabrakan fatwa yang membuat bingung para pengikutnya.

Terlepas dari perdebatan tersebut, fatwa memang tidak mengikat pengikutnya.

Tahun lalu misalnya, Majelis Ulama Indonesia mengharamkan rokok bagi wanita hamil, anak-anak, dan perokok di tempat umum. Faktanya, kita bisa dengan mudah menemukan orang merokok di bus, di halte, di mall, bahkan di rumah sakit sekalipun.

Kondisi ini menunjukkan, bahwa fatwa rokok memang cenderung diabaikan oleh pengikutnya.

Pada dasarnya, semangat fatwa rokok yang dikeluarkan majlis tarjih memang sejalan dengan program pemerintah agar masyarakat kita tidak terkena dampak buruk rokok. Tapi, fatwa (sekali lagi) memang tidak mengikat. Diperlukan sebuah aturan yang tegas untuk mengatur hal ini. Sayang sekali, UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang salah satunya mengatur zat adiktif dalam rokok dan tembakau yang membuat pengguna ketagihan, justru dihilangkan dengan sengaja.

Tentunya, peraturan yang diperlukan tidak hanya sampai di sini, peraturan tentang pembatasan merokok di tempat umum juga menjadi kebutuhan mendesak saat ini. Jangan sampai hak pribadi (merokok), justru mengganggu dan merugikan orang lain.

Dan yang tidak kalah pentingnya adalah penyadaran kepada masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan dan lingkungan. Perlu edukasi, bahwa merokok, selain membahayakan kesehatan diri sendiri, juga membahayakan orang lain yang berada di sekitarnya.

Bahwa asap rokok yang dikeluarkan oleh jutaan manusia menjadi polusi udara. Artinya, jelas sudah merusak kesehatan lingkungan.

Demikian pula dengan jutaan puntung rokok yang dibuang sembarangan dan tertimbun, akan menyebabkan kerusakan  air dan tanah. Karena puntung rokok membutuhkan waktu 25-26 tahun untuk bisa mengalami proses pembusukan.

So, masih ingin mempertahankan kebiasaan merokok?

Seorang kawan bilang, matikan rokokmu sebelum rokok mematikanmu.

I do agree with this statement!



Menjadi Bagian 1001 Buku

23674_1247067418855_1294514594_30664930_6811107_nUntuk pertama kalinya sejak saya bergabung dengan komunitas 1001buku awal 2007 lalu, baru sekali ini saya ikut dalam kegiatannya yang riil. Selama ini saya hanya bisa mengikuti perkembangannya lewat milis dan website 1001buku. Sampai akhirnya, setelah saya hijrah ke Jakarta, Sabtu 20 Februari lalu saya bisa ikut salah satu program 1001buku yang dinamai SPD (Sort-Pack-Distribute).

Mungkin bagi beberapa anggota 1001buku yang sudah sering ikut dalam kegiatan SPD, akan menganggap kegiatan ini biasa saja. Tapi tidak bagi saya.

Kenapa?

Pertama, amazed! Bagaimana tidak?? Jaman sekarang, di saat kebanyakan orang selalu berorientasi pada profit, pada uang, ternyata masih ada sekelompok orang yang masih dengan sukarela mengerjakan banyak hal tanpa ada bayaran sepeserpun.

Yang mereka pikirkan adalah bagaimana buku ini bisa tersalurkan ke taman baca yang membutuhkan. Bagaimana buku-buku ini tersortir dengan baik sehingga layak untuk diberikan ke orang lain.

Yang mereka harapkan adalah buku yang diperoleh dari para donatur ini bisa sampai ke tangan-tangan yang tepat. Dan yang juga mereka harapkan adalah semoga akan ada banyak orang yang dengan sukarela membantu menyalurkannya.

Lewat apa? Jelas lewat kegiatan SPD ini..

Kedua, marveled! Ini karena minimnya pengalaman saya dalam distribusi buku. Saya tidak menyangka kalau prosesnya lumayan panjang.  Apalagi dengan buku yang jumlahnya ribuan. Kegiatan SPD jelas memakan banyak tenaga dan waktu.

Jadi, prosesnya dimulai dengan membersihkan setiap buku yang bertumpuk-tumpuk saking banyaknya. Kemudian dipilah antara buku kategori anak dan dewasa. Dipilah lagi berdasarkan jenis bukunya, cerita, pelajaran, pengetahuan umum, kreativitas, majalah, dll.

Setelah selesai dipilah, diberi stempel 1001buku. Buku yang sudah distempel, lalu diberi label sesuai dengan catalog buku yang sudah ada di 1001buku. Baru kemudian dimasukan dalam dus-dus yang sudah disediakan. Dirapikan, dibungkus, dan didistribusikan.

Bayangkan kalau kegiatan SPD ini hanya dilakukan oleh tiga sampai lima orang? Saya tidak bisa membayangkannya.

Yang pasti, SPD terakhir banyak diikuti oleh teman-teman 1001buku. Sayangnya, saya nggak sampai selesai karena ada tugas kantor yang menanti.

So, siapapun yang membaca posting ini dan berminat dengan dunia buku, silakan bergabung di 1001buku.

Untuk 1001buku, terima kasih telah mengajari ku arti ikhlas. Komunitas ini memberi pelajaran baru, jangan mengharap imbalan, pun ucapan terima kasih atas kebaikan yang kita lakukan pada orang lain.  Cukup niatkan bahwa kita ingin membantu mereka yang memang membutuhkan. Titik.

Buat teman-teman 1001buku, Mbak Rini, Aisyah Putri, Mas Rizal, Mas Indra, Mbak Elvita, Cici, juga semuanya tetap semangat!

Bravo 1001buku!

NB: Foto by Cici Silent.

Odong-odong

Assalamu’alaikum rumah mayakuuuu….

Huhu.. Lama sekali saya nggak update apapun di sini. Kesibukan yang memenjara kreativitas, juga sarana yang nggak bisa lagi saya nikmati dengan gratis turut mempengaruhi minat saya untuk memasuki ‘rumah’ ini.

Iya, saya cuma sesekali menengok ‘rumah’ ini. Cuma menengok, tanpa berbenah. Ah, jangankan berbenah, sekedar mengisi saja rasanya berat sekali bagi saya.

Tuuh kaaan… Saya malah nulis alasan-alasan thok!

Oke, anggap saja nggak pernah baca 'prelude' di atas. Itu cuma buat mereka yang suka beralasan. Termasuk saya tentunya. Seribu alasan dikemukakan. Padahal intinya cuma satu: malas.

Dan sudah seharusnya penyakit ini nggak boleh menghinggap terlalu lama di jiwa saya!

*mengusir si malas*

.

.

.

Jadi ceritanya, sekarang saya sedang kangen. Kangen sama odong-odong (baca:kopaja). Satu bulan saya setia naik odong-odong. Sebenarnya bukan setia. Ini karena di tempat kerja saya, nggak ada angkutan lain lagi selain si odong-odong. Ada sih TransJakarta, tapi harus muter jauuuuuhh. Dan itu jelas nggak efektif buat saya.

Jadilah saya setiap hari naik odong-odong. Berebut tempat duduk dengan penumpang lain. Terkadang sampai berebut tempat berpijak di odong-odong karena saking penuhnya.

Fyuuhhh... betapa rakusnya supir odong-odong. Anehnya, masih ada saja yang mau naik. Berjubel di pintu masuk. Berkeringat, berhimpitan, dan ber-ber lain yang sudah pasti nggak enak!

Hei..! Itu belum termasuk kebiasaan jelek odong-odong pas malam hari. Ini yang paling saya nggak suka. Penumpang odong-odong seringkali dialihkan ke odong-odong yang lain. Dan parahnya, pengalihan penumpang ini nggak melihat tempat. Pernah satu kali saya mendapati penumpang odong-odong yang 'mencuri' jalur Busway dialihkan ke odong-odong yang saya tumpangi! Edan!

Tapi mau bagaimana lagi? Begitulah potret angkutan rakyat di negeri tercinta kita ini.

*sebenarnya kalau berbicara soal odong-odong, pasti berkaitan dengan TransJakata. Next time lah saya bahas*

.

.

Satu bulan berjibaku dengan odong-odong, akhirnya saya menyerah. Saya memilih kos di dekat kantor dan meninggalkan odong-odong.

Meski banyak sisi negatifnya, ternyata saya kangen juga dengan odong-odong. Kangen menjadi pengamat penumpangnya! Haha… Nggak keren banget,  PENGAMAT PENUMPANG!

Mau jadi pengamat politik, sudah banyak. Pengamat ekonomi, lebih banyak lagi.

*posting nggak penting setelah sekian lama*
 
Cerita Kita Blog Design by Ipietoon