[FF] Ke Yunani

"Ma, siapin paspor kita ya..," ujar Hendra pada istrinya, Wening.
"Memang kita mau ke mana lagi, Pa?"
"Lihat nanti saja, yang penting Mama siapin paspor, koper, dan baju hangat,"
"Hah?? Kita mau ke Perancis ya, Pa?" Wening terlihat girang.
"Bisa ya, bisa jadi ke negara lain...," kata Hendra yang masih membaca koran pagi sambil menghabiskan sisa-sisa rokoknya.
Wajah Wening terlihat sumringah. Baginya, pagi ini begitu cerah.

Sudah seminggu berselang. Tapi Wening belum juga mendapatkan kabar dari sang suami. Rasa penasarannya semakin membuncah.
Sementara Hendra belum juga pulang dari kantor.
Berkali-kali Wening menatap jarum jam di dinding rumahnya.
"Huffft, sudah jam sembilan malam si papa belum juga pulang,"
Wening semakin gelisah. Menebak-nebak, liburan kali ini akan dihabiskan di negara mana ya.. Begitulah kira-kira isi pikiran Wening yang akhirnya tertidur.

Bel rumah berbunyi. Wening yang tertidur di sofa terlonjak kaget.
"Papa, jam segini baru pulang...," ujar Wening sambil meraih jaket dan map yang dibawa Hendra.
Hendra diam saja. Dia ingin membuat surprise untuk istrinya.
"Sudah ada kabar, kita akan pergi ke mana?"
Wening sudah tak sabar lagi mengungkapkan pertanyaan ini.
"Sudah, Ma. Anggota dewan sudah setuju. Kita akan ke Yunani dan belajar etika di sana,"
Hendra memasang senyum bahagia.
"Belajar etika? Papa.. Apa kata teman-teman mama nanti? Wening, priyayi yang hidup di ibukota, bergaul dengan para sosialita, suaminya masih harus belajar etika?"
"Bukan, Ma.. Maksud Papa...,"
Dan malam itu, Hendra pun menjelaskan panjang lebar alasan belajar etika ke Yunani. Alasan yang sama persis ketika dia harus menjelaskan pada media, kenapa belajar etika ke Yunani..

*****

Selamat belajar etika di Yunani, Pak Dewan.. :mrgreen:
Selamat bertemu arwah Socrates.. :roll: :roll: :roll:

**Sedang belajar bikin flash fiction (lagi)

Qori Kecil itu Muhammad Thaha al Junayd

Sore, sepulang kerja, aktivitas paling nikmat setelah mencuci kaki adalah merebahkan diri di tempat tidur. Melenturkan badan yang seharian dipaksa membungkuk di depan komputer.
Sembari memeluk guling dan meluruskan badan, sayup-sayup terdengar murotal yang luar biasa indah! Murotal dari seorang qori kecil. Setidaknya dari suaranya yang masih terdengar seperti suara anak-anak.
Qori kecil ini mengumandangkan surat Ar Rahman. Salah satu surat Al Qur'an yang sangat-sangat saya suka!



Subhanallah, hati terasa tenaaangg sekali. Sejuk di hati. Tak bosan saya menyimaknya. Dan tanpa sadar, suara qori hilang.
Suara murotal berganti dengan kumandang adzan Maghrib.
Pertanda saya harus segera memenuhi panggilan untuk menghadapNYA. Mendekat dan menghamba kepadaNYA. Hanya kepadaNYA.



Ternyata, pemilik suara merdu nan indah itu bernama Muhammad Thaha al Junayd. Seriously, saya baru tahu namanya. Meski sudah lama sekali mendengar murotalnya.:(

Jadi, ingin segera memiliki DVDnya...

*Video kedua, shalat ‘Isya’ di Masjid ar-Raasyid yang diimami oleh Muhammad Thaha al Junayd dengan membaca surat al Qiyaamah.

Sekelebat Kenangan

Serupa cermin memantulkan bayangan
Jalanan memantulkan kenangan

Ia berkelebat
Lalu hilang

Muncul lagi
..hilang
Lalu muncul lagi
Begitu terus setiap hari

Kenangan selalu memilih jalannya sendiri

Seperti malam ini
Aku bereskan ia hingga rapi
Tiba-tiba
Lewat sebuah simfoni
Ia berantakan lagi

Tercecer di lantai

Lalu aku punguti
….lagi

*Sedang belajar membuat semacam puisi. Dan ini, jelas belum jadi* :)

Sebuah video berisi kalimat motivasi dan inspirasi.
Senang melihatnya pagi-pagi
Ditemani musik instrumental yang mengiringi
Endjoi!



For more video n inspirations, please check this out!
www.anthonyfernando.com

[Flash Fiction] Pada Sebuah Gelas



00.19 WIB
Sudah larut malam begini, tapi tempat ini semakin ramai dikunjungi. Bus pariwisata sampai bus kelas ekonomi dengan penumpang berjubel mulai datang menghampiri.
Ratusan penumpang dengan wajah kucel karena lelah berkendara seharian, langsung menghambur ke toilet umum.
Dan seperti menjadi kebiasaan, selesai dari toilet, para penumpang memesan makan di rumah makan peristirahatan bus ini.
Wajah mereka terlihat sumringah lagi. Mungki karena perut mulai terisi.
Tidak hanya mereka, akupun ikut sumringah. Wajahku sumringah melihat banyak orang beristirahat di sini. Sekadar menikmati secangkir kopi instan atau menghabiskan satu batang rokok.
Tapi yang paling membuatku girang cuma satu: ketika mereka selesai makan Pop Mie.
Aku senang bukan kepalang!
Karena itu artinya, uang Rp200 sudah ada di kantongku!
“Ini Pak..,” kata seorang penumpang sembari menyodorkan satu gelas Pop Mie kosong.
"Alhamdulillah.. Terima kasih," ucapku sambil memasukkan gelas Pop Mie kosong ke dalam karung putih.

Lalu, Pak Tua pun beringsut dari tempat duduknya, menarik tubuhnya, mengesot dari ujung ke ujung tempat peristirahatan penumpang Indramayu. Dia sibuk memunguti gelas-gelas Pop Mie kosong yang dibuang sembarangan.


*Suatu malam, di sebuah tempat peristirahatan bus di Indramayu*



**Picture taken from Wikipedia.

Sejak Dini Merayakan Keragaman Setiap Hari





"I have a dream that my four children will one day live in a nation where they will not be judged by the color of their skin but by the content of their character."
- Rev. Martin Luther King, Jr.





Seperti halnya cinta, membahas keragaman seolah tak pernah lekang dimakan zaman. Selalu ada hal menarik yang penting dan juga perlu untuk dibahas. Apalagi belakangan ini marak terjadi kekerasan di tengah masyarakat yang bermula dari intoleransi dalam menghadapi kemajemukan budaya, agama, dan ras. Nilai-nilai untuk saling menghormati dan toleransi seolah kian mengikis.
Padahal, jika saja kita mau jujur, bangsa ini lahir dari keragaman. Tumbuh dan besar juga dari keragaman. Perbedaan demi perbedaan yang memperkaya khazanah budaya bangsa.

Perlu diluruskan, bahwa keragaman bukan melulu tentang budaya, tentang agama, tentang paham politik, tentang suku dan ras, dan tentang asal kita.
Keragaman juga tentang manusia sebagai pribadi yang memiliki identitas dan keunikan.
Karenanya, keragaman seharusnya ditanamkan oleh orang tua sejak dini pada anak-anaknya. Sebab, pada masa perkembangan inilah orang tua akan menjadi model atau contoh bagi si anak.
Pada usia dini juga sangat penting untuk membuat persepsi bahwa setiap anak adalah pribadi yang unik dengan potensi yang luar biasa. Baik anak yang berkulit putih atau hitam, kaya atau miskin, terlahir normal atau cacat fisik, berbeda agama, ras, suku, atau benua, semuanya adalah pribadi yang unik.
Membangun dan mempertahankan identitas diri yang sehat inilah proses belajar seumur hidup (long life education) untuk bergaul dengan manusia yang berbeda-beda.
Output dari proses ini, selain anak-anak akan menjadi pribadi yang percaya diri, mereka juga akan memahami satu hal: tidak ada yang derajatnya lebih tinggi, ataupun lebih rendah. Semuanya adalah sama.

Orang tua juga harus memberi informasi yang akurat tentang kebudayaan sendiri dan kebudayaan lain yang berbeda. Menanamkan pemahaman, bahwa kefanatikan dan intoleransi hanya akan menimbulkan perpecahan.
Di sini, nilai utama yang harus dipahami anak-anak adalah saling menghormati, toleransi, dan tidak menyakiti orang lain, baik dengan kata-kata, sikap, maupun tindakan.
Ajarkan pada mereka untuk memperlakukan orang lain dengan cara terbaik dan menghormatinya, tidak menghakimi orang lain, dan hindari munculnya steorotip, meski dalam hal-hal yang positif sekalipun. Contohnya, etnis A sebagian besar bagus dalam memainkan alat musik atau memiliki bakat menggambar.

Dengan mengajari anak-anak untuk mencintai keragaman dan memberi pemahaman nilai-nilai sosial dalam menghadapi perbedaan di berbagai hal, akan mengantarkan mereka menjadi manusia dewasa yang toleran dan saling menghormati. Menjadi manusia dewasa yang bisa merayakan keragaman setiap hari, bukan hanya satu tahun sekali.
Dan bukan tidak mungkin, karakter ini akan ditularkan pula pada anak mereka kelak.

Selamat merayakan keragaman setiap hari, semuanyaaa..! :)

Jadi teringat lagu One - U2.




*Tulisan ini untuk diikutsertakan dalam Writing Contest PB 2010.
**Picture taken from: picture-book.com.

I Want To Spent My Lifetime Loving You

Sedang sangat-sangat menyukai lagu ini.
Seharian ini sudah puluhan kali mereplay dan terus mereplay lagu ini.
Lagu paling romantis, ya lagu ini.
Hihihihi... Serba 'i'.

Endjoi!

[Flash Fiction] Aku Iri Padamu..

Jujur aku iri. Dia memang manis. Menjadi favorit siapa saja.
Di manapun, dia selalu dicari.
Seandainya dia tahu, betapa irinya aku akan sifatnya.
Sedangkan aku?
Aku kuyu.. Sayu dan layu. Siapa yang mau denganku?

“Kamu kenapa temanku? Kamu terlihat sedih begitu…,”

Aiiihhh, manis sekali kata-katanya. Bagaimana mungkin dia tidak disukai.

“Nggak apa-apa, aku cuma sedang berpikir..,” kalimatku menggantung.
Aku bingung harus bagaimana. Lucu rasanya kalau harus mengakui bahwa aku iri padanya.

“Berpikir tentang apa? Ada yang bisa aku bantu?”

Ah, lagi-lagi dia begitu manis. Dia juga baik sekali.

“Aku iri padamu..,” akhirnya aku memberanikan diri berkata jujur.
“Iri kenapa?”
“Iri karena kamu disukai banyak orang. Kamu manis. Anak-anak sampai orang dewasa menyukaimu,”
“Aku bukan siapa-siapa, temanku. Harusnya kamu bangga, karena kamu banyak memberi pertolongan,”
“Pertolongan? Maksudmu?”
“Ya, pertolongan. Orang yang sakit gigi akan mencarimu untuk mengobati rasa sakitnya. Mereka yang sedang berkemah, membutuhkanmu untuk mengusir ular. Dan kamu tentu tahu, masakan akan terasa kurang nikmat tanpa kamu, Garam…,” tutur si Gadis Gula.

Gadis Garam tersenyum. Kini, mereka duduk berdampingan, di dalam dua toples cantik bertuliskan. GULA-GARAM.
“Semoga si tukang kopi nggak salah ambil kamu ya..,” seru si Gadis Gula pada Garam.

*****
Tulisan ini diikutsertakan dalam Flash Fiction Contest - Blogfam & MPID.



Kiss The Rain

Setelah seharian kemarin diguyur hujan, rasanya nikmat sekali menikmati pagi sembari mendengarkan simfoni pagi ini.
Indah.. ^_^



Sembari menulis, membayangkan diri tengah berada di antara kuncup-kuncup bunga yang berembun.
Bulir-bulir air jernih yang jatuh menetes.
Tak jarang tangan ini usil menyentuh bulir bening tersebut.
Menghirup udara segar sedalam-dalamnya.
Oksigen murni tanpa asap knalpot, apalagi pabrik.
Mencium wangi setiap bunga.
Berlomba dengan kumbang yang bergegas menikmati wangi bunga lavender.
Berdiri di antara segarnya kuning bunga tulip.
Merebahkan diri di atas rumput hijau bersih bak permadani.
Menatap langit cerah berwarna biru dan pelangi membentuk setengah lingkaran.
Warna-warni alami suguhan Illahi.
Subhanallah indahnya pagi jika saya berada di tempat ini setiap hari..



Baru tersadar, tatkala perut berdendang.
Tanda bahwa saya harus memenuhi 'panggilan jiwa'.
Dan segera pergi menjemput rizkiNYA.

Olalaaaaaa...!
Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya... Ternyata saya masih di Jakarta!

Terima kasih untuk siapapun Anda yang telah mengapload video ini. :)
 
Cerita Kita Blog Design by Ipietoon