'Kail' untuk Anjal

Pagi tadi saya dapat cerita dari seorang blogger tentang pengalamannya selama perjalanan menggunakan bus TransJakarta. Namanya nggak perlu saya sebutkan lah yaa… Bukan point penting. Sepakat?

Sepanjang perjalanannya, dia mendengar orang yang duduk di sebelahnya ngobrol dengan pak supir. Bukan ‘nguping’ dong ya, karena telinganya memang terpaksa harus mendengar pembicaraan mereka.

Singkat cerita, si abang yang duduk di sebelahnya, dulu jadi anak jalanan. Si abang ini terpaksa jadi anak jalanan karena broken home. Dan pastinya, bukan hanya si abang ini yang jadi anjal gara-gara broken home. Masih banyak lagi anjal yang menjadi korban broken home yang terpaksa‘lari’ dari rumah dan menjadi nobody di jalanan. Singgah dari satu halte ke halte yang lain, dari jembatan yang satu ke jembatan yang lain. Dipandang sebelah mata oleh kelompok sosial yang lain karena mereka dianggap sebagai perusak pemandangan sehingga harus ditertibkan dengan paksa.

Belum lagi ancaman dari ketua atau penguasa kelompok anjal yang seringkali berbuat sewenang-wenang, memeras dan mempekerjakan mereka, serta tindakan asusila lainnya.

Masih teringat jelas, tindakan keji yang dilakukan oleh Baekuni alias Babe. Belum jelas berapa belas anjal yang menjadi korban sodomi dan mutilasi oleh paedofil kompulsif ini.

Bisa dibayangkan, betapa ancaman anjal dalam universitas besar benama kehidupan ini sungguh besar dan terjal.

Selesai sampai di sini? Tidak. Karena banyak anjal yang akhirnya menjadi pengemis atau pengamen. Apa ini salah? Hmm… *mikir*

Entah kenapa, bagi saya ini bukan perkara salah dan benar. Persoalan pengemis ini bukan soal mereka pemalas atau hanya bertindak manipulatif untuk menarik rasa iba orang lain. Toh, masyarakat kita cukup cerdas lah untuk menyisihkan sedikit uangnya pada para pengemis. Memberi pada siapa, hanya soal niat dalam hati dan pilihan akan diberikan pada siapa uang yang tidak seberapa ini.

Kalau nggak sepakat, monggo komentar yaa… ;)

Dan entah kenapa, saya kurang setuju dengan pola penertiban oleh pemerintah. Okelah, anjal dan gepeng ini ditertibkan, persoalannya adalah, setelah ditertibkan lalu apa? Apakah setelah ditertibkan, masalah akan selesai? Mereka punya perut yang harus diisi setiap hari, mereka punya masa depan yang panjang, dan ini jelas tidak cukup hanya dengan ditertibkan!

Harus ada ‘wadah’ untuk menampung mereka, harus ada ‘kail’ yang bisa digunakan sebagai sumber penghasilan mereka. Dan ini adalah kewajiban dan tanggung jawab pemerintah seperti yang tertulis dalam UUD 1945.

Saya heran, di setiap kabupaten dan kota memiliki lembaga yang namanya Dinas sosial. Ada juga bagian yang khusus menangani kesra. Tapi persoalan anjal ini tidak kunjung selesai. Program-program yang mereka jalankan hanya bersifat sporadis dan formalitas belaka. Tidak ada output yang berkesinambungan.

Ah entahlah….

Siapalah  saya ngomong beginian. Seseorang bilang, saya aneh karena nggak bisa tidur gara-gara mikirin masalah negara. Katanya, wakil rakyat saja nggak gitu-gitu amat deh… Hahahaha… Iya juga!

.

.

.

Yang harus saya lakukan adalah, lebih banyak bersyukur, memiliki keluarga yang utuh, memiliki sahabat dekat, memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari mereka, dan yang pasti saya nggak mengalami apa yang mereka alami.

Seharusnya saya berterima kasih pada mereka karena sudah menyediakan ladang amal tak terbatas dan tak ada hentinya..  Semua tergantung niat!  Sepakat???

Kesempatan Berkarier di TRANS7



TRANS7 sebagai stasiun televisi swasta nasional membutuhkan segera kandidat beserta kualifikasinya masing-masing:

1. Audioman

- Min D3 Teknik

- Memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang Mixer Audio & Microphone dan Recording & Mixing Audio


2. Cameraman Produksi

- Min D3 Semua Jurusan

- Memiliki pengetahuan dan skill yang baik tentang camera standard operating procedure


3. Set Property

- Min. D3 Desain Produk / Desain Interior / Arsitektur / Seni Visual

- Memiliki kreativitas dan keahlian membuat broadcast property


4. Control Room Person

- Min D3. Informatika

- Memiliki keterampilan di bidang video switcher, VTR dan Character Generator


5. Video Editor

- Min D3 Teknik Informatika atau broadcast

- Menguasai program editing, komputer grafis dan tidak buta warna


6. Budget Management Accounting

- Laki-laki

- Min S1 Akuntansi

- Menguasai audit dan verifikasi laporan keuangan


7. Desain Grafis

- Min D3 Desain & Komunikasi Visual

- Menguasai Adobe Series (Photoshop, After Effect, Premiere)

- Mengerti pembuatan animasi

Kirimkan lamaran lengkap dan CV anda via:
E-mail :  recruit@trans7.co.id or  recruit.trans7@gmail.com
Selambat-lambatnya tanggal 31 Januari 2010
Cantumkan posisi yang anda pilih di kolom subject e-mail. Pengiriman lamaran melalui e-mail tanpa subject posisi yang di pilih, tidak akan diproses!

Comandante Che Guevara

Ada yang tahu lagu untuk Che Guevara? Ini dia lagunyaaaa..! Asyik euy. Musiknya teramat merakyat! Meski cuma tahu serba sedikit artinya.. hehehehe.

Aprendimos a quererte,
Desde la histórica altura,
Donde el sol de tu bravura
Le puso cerco a la muerte.
Aquí se queda la clara,
La entrañable transparencia
De tu querida presencia,
Comandante Ché Guevara.

Tu mano gloriosa y fuerte
sobre la historia dispara,
cuando todo Santa Clara
Se despierta para verte.
Aquí se queda la clara,
La entrañable transparencia
De tu querida presencia,
Comandante Ché Guevara.

Vienes quemando la brisa
con soles de primavera
para plantar la bandera
con la luz de tu sonrisa
Aquí se queda la clara,
La entrañable transparencia
De tu querida presencia,
Comandante Ché Guevara.

Tu amor revolucionario
te conduce a nueva empresa,
donde espera la firmeza
de tu brazo libertario.
Aquí se queda la clara,
La entrañable transparencia
De tu querida presencia,
Comandante Ché Guevara.

Seguiremos adelante
como junto a tí seguimos
y con Fidel te decimos :
"¡Hasta siempre Comandante!"
Aquí se queda la clara,
La entrañable transparencia
De tu querida presencia,
Comandante Ché Guevara.

Menjaga Independensi Blogger

Menarik sekali membaca ulasan dari Koran Tempo yang bertajuk Ramai-Ramai Menggandeng Whizer (Minggu, 10/1). Istilah whizer ini untuk menyebut pegiat aktif media sosial di dunia maya (social media whiz). Pekerjaan seorang whizer (setidaknya) setiap hari membuka situs jejaring soscial, melempar topik (yang masih hangat ataupun yang sudah lewat), menjawab komentar, dan memonitor setiap masukan dan kritik dari pembaca. Setelah itu, whizer akan mendiskusikan semua hasil pantauan dari jejaring sosial bersama pemilik brand. Dari hasil pantauan whizer inilah pemilik brand bisa mengetahui citra produknya di mata konsumen, bagaimana mengatasinya, sampai akhirnya tercipta citra positif terhadap produk tersebut.

Dari ulasan Koran Tempo, sejumlah perusahaan di negara maju ternyata rela merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah untuk membayar whizer! Bayangkan!

Keberadaan whizer di situs jejaring sosial sendiri harus memiliki trik khusus, terutama ketika melempar sebuah topik yang diharapkan mampu menjaring komentar pembacanya. Kalau topik yang dilempar saja tidak menarik, bagaimana bisa seorang whizer menjaring komentar publik?

Karena topik yang disampaikan dengan cara biasa saja, lama-lama akan diketahui oleh pembacanya (publik). Mereka akan berpikir, jawaban mereka digunakan untuk sebuah survei. Meski faktanya apa yang dilakukan whizer juga salah satu bentuk survei, hanya metodenya yang berbeda.

***



Berbicara tentang citra produk, jauh sebelum Facebook dan Twitter booming, pencitraan sebuah produk juga sudah dilakukan oleh blogger melalui blog mereka. Umumnya, mereka mengulas tentang sebuah produk berdasarkan pengalamannya masing-masing. Ulasan blogger ini dinilai lebih jujur dan utuh, karena mereka menulis sesuai dengan yang mereka alami.

Seiring dengan pesatnya laju pengguna internet, sejumlah perusahaan pun kini mulai melirik blog sebagai media promosi. Upaya ini dilakukan dengan menggandeng blogger untuk mengulas sebuah produk.

Pada awalnya, blogger mungkin akan menulis apa adanya sesuai dengan yang mereka alami. Akan tetapi, ketika blogger sudah mulai menerima bayaran atas ulasannya, mau tidak mau akan memengaruhi kualitas tulisan para blogger. Independensi blogger untuk mengulas secara jujur dan utuh akan terkontaminasi. Tulisan pun jadi tendensius.

Tidak hanya itu, dengan semakin banyaknya perusahaan yang tertarik menggunakan metode promosi melalui blog, akan semakin banyak pula tulisan berbayar atau posting berbayar (paid review). Meski paid review berbahasa Inggris yang berasal dari luar negeri sudah lebih dulu menjamur.

Selain perusahaan, dengan besarnya kecenderungan dan minat blogger untuk mengais uang dari internet, saya yakin tulisan berbayar akan semakin bertebaran. Tentu, hal ini sah-sah saja asalkan postingan bukan dari hasil copy-paste.

Tulisan Berbayar = Advertorial??

Sebenarnya, tulisan berbayar sudah lama ada dan dikenal dengan nama advertorial. Isinya pun sama, yakni mengulas tentang sebuah produk atau jasa (bahkan tokoh politik) sesuai permintaan pengiklan (perusahaan/pemilik brand), namun harus tetap mematuhi kode etik jurnalistik.  Hanya saja, komunikasi yang dibangun dari advertorial bersifat satu arah, sedangkan komunikasi dari tulisan berbayar di blog bisa dilakukan dari dua arah. Hal ini karena blog memungkinkan pembaca untuk memberi komentar langsung, baik berisi pertanyaan, masukan, maupun kritikan, sehingga pemilik brand bisa segera melakukan klarifikasi. *Ini pendapat saya, boleh share kalau ada pendapat lain*

***



Semoga dengan kemunculan fenomena whizer, maupun minat perusahaan untuk menggandeng blogger, tidak akan mengurangi obyektivitas dan independensi blogger dalam mengulas sebuah produk ataupun jasa.

Semoga perusahaan yang menggandeng blogger tidak melakukan intervensi dan bersedia memberi kebebasan pada blogger untuk menulis dengan jujur. Dan semoga tidak ada chilling effect terhadap blogger! Yeah, semoga!

Libur Panjang dan Kopdar di Surabaya

301220093068Wow! Liburan yang sangat-sangat menyenangkan! Dari 23 Desember 2009 sampai 3 Januari 2010. Sepuluh hari??? Dan sepanjang hari itu benar-benar cuma diisi dengan berlibur. Murni berlibur! Hahayyy... Hidup liburrr!

Rute liburannya, dari Jakarta ke Surabaya. Rute yang panjang! Untuk seseorang, saya haturkan terima kasih tak terbatas. Serius, ini liburan paling menyenangkan buatku.

Ini dia resume selama berlibur... *Btw, sepertinya ini nggak nyambung sama postingan sebelumnya deh*

Lumpur Lapindo, Wedoro, dan Lontong Balap
Hari ke dua liburan di Sidoarjo, saya yang penasaran dengan semburan lumpur lapindo tiba-tiba diajak jalan-jalan ke kawasan tersebut. Bekas permukiman penduduk dari delapan desa yang sekarang jadi lautan lumpur ini, semula cuma bisa saya lihat di televisi dan surat kabar. Ketika akhirnya saya bisa melihat langsung dan merasakan bau lumpur yang menyengat, tenggorokan saya seperti tercekat. Miris. Prihatin. Kesal dan sedih menyaksikan rumah penduduk lenyap tertimbun lumpur. Sayangnya, saya tidak berkesempatan mendatangi tempat pengungsian korban lumpur lapindo.

Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan berkeliling di kampung yang khusus membuat sandal. Namanya Wedoro. Hampir di sepanjang jalan yang saya selusuri, setiap rumah menjajakan sandal beraneka model. Hohohoho...sekali lagi, sayangnya saya nggak beli! *pentung*

Lelah berkeliling (padahal karena nyasar), saya diajak ke warung sederhana yang menjual lontong balap. Yeah, rasanya memang mantap! Maknyuuusss! seperti kata Pak Bambang.
Tapi, dari semua perjalanan itu, yang paling menyenangkan adalah ketika saya bertemu dengan saudara-saudara baru. Fufufu.. Semoga saya berkesempatan bertemu dengan mereka lagi. Amiiin.

Masjid Cheng Ho, Zangrandi, dan Unair.
IMG_4075Next trip, saya kopdar dengan duo seleb blog, Mbak Elsa dan Mas Antown. Kali ini rutenya di seputar Surabaya. Kopdar ini juga sekaligus momentum bayar hutang, karena Mbak Elsa berjanji mau mentraktir saya  di Zangrandi. Tentang Zangrandi, monggo datang ke sini. Lengkap! Dijamin ngilerrr!
Nggak cuma itu, saya dan Mbak Elsa juga sudah berkomitmen (kyaaaa bahasaku!) untuk bikin posting tentang Masjid Cheng Ho di Surabaya dan klentengnya yang terletak di Kota Semarang. Awalnya, Mbak Elsa dapat tugas bikin posting tentang Masjid Cheng Ho karena tempat tinggal mbak imut ini di Jombang. Sedangkan saya bikin posting tentang klentengnya yang ada di Semarang.
Voila! Ternyata, saya dan Mbak Elsa malah sama-sama bisa mendatangi Masjid Cheng Ho Surabaya. Great!

Sembari menunggu waktu Salat Dzuhur, kami bertiga menikmati masjid yang dibangun atas inisiatif etnis Tionghoa tersebut. Saya dan Mbak Elsa ngobrol sama Mas Gatot, penjaga Masjid Cheng Ho, dan Mas Antown seperti biasa...Mengabadikan pemandangan masjid ke dalam sketsa! *Tentang Masjid Cheng Ho akan saya buat dalam postingan tersendiri*

Sesuai janji, dari Masjid Cheng Ho, Mbak Elsa yang piawai menyetir mobil mengajak saya dan Mas Antown ke Zangrandi! Yeeeiyyy...akhirnya!
Belum puas, kami lanjutkan jalan-jalan ke kampus B Unair. Seperti kopdar-kopdar biasanya, di sesi ini juga nggak lepas dari pengadabadian moment alias berfoto ria! Bahkan di depan kampus Fakultas Ilmu Budaya sekalipun. Hehehe... Boleh bilang narsis kok!

Tapi, di kampus ini kami harus berpisah. Setelah berfoto ria, berhahahihi, bersalaman, berpelukan, kemudian melambaikan tangan. I'll miss you, sis! Semoga kapan-kapan bisa ketemu lagi yaaa...

---bersambung--
 
Cerita Kita Blog Design by Ipietoon