Ketika Harga Bawang Naik.. Plis, Jangan Impor!


Beberapa hari terakhir ini  banyak kalangan yang dihebohkan dengan harga duo bawang; bawang putih dan bawang merah. Harga dua komoditas ini terus meroket dari hari ke hari. Tapi saya tidak ingin menyinggung soal bawang putih karena tidak tahu seluk beluk penjualannya. Saya hanya ingin membahas si bawang merah.

Minggu lalu, sekitar awal Maret 2013, harga bawang merah di tingkat produsen (petani) masih berkisar Rp15 ribu sampai Rp20 ribu per kg. Dengan harga segitu, petani sudah bahagia luar biasa. Gembira tak terkira. Betapa tidak? Lebih dari dua tahun harga bawang merah selalu di bawah rata-rata dan teramat jauh dari harapan para petani. Tiba-tiba saja, awal Maret 2013 harganya melambung bak balon udara. Siapa tidak gembira? Tapi berapa banyak petani yang gembira? Tentu, tidak semua petani. Karena tidak semua petani panen, tidak semua petani menanam bawang merah..

Gagal panen karena banjir dan hama, ditambah dengan harga yang selalu merosot selama dua tahun lebih telah menyusutkan semangat petani, memupus harapan petani, hingga nyaris putus asa. Hanya petani yang benar-benar menggantungkan hidupnya pada bawang merah sajalah yang masih bertahan. Atau petani yang masih memiliki modal sajalah yang mampu untuk menanam kembali, meski berulang kali 'jatuh'.

Dua tahun lebih, harga bawang merah tidak sampai Rp10 ribu per kg di tingkat petani. "Kalaupun ada, itu adalah bawang merang yang kualitas bagus. Yang besar-besar," begitu tutur ibu saya. Bahkan pernah, ibu saya menjual bawang merah dengan harga Rp3.000 per kg! Satu kuintal cuma dapat uang Rp300 ribu. Percaya tidak percaya, tapi begitulah faktanya.
Apakah pemerintah tahu soal ini? Apakah konsumen di luar Brebes mengerti kondisi ini?
Karena kondisi inilah banyak petani yang beralih minat. Mereka tidak lagi menanam bawang merah, tapi padi. Ya, setidaknya padi bisa dijadikan nasi. Kalau bawang merah? Disimpan lama-lama pun hanya akan membusuk tak ada manfaatnya.

Dengan meroketnya harga bawang merah, pedagang dan konsumen berteriak, pemerintah berupaya mencari solusi, dan pada akhirnya.. muara dari semua ini adalah akan ada yang mengiming-imingi untuk kembali mengimpor bawang merah dari luar negeri. Dengan dalih petani tidak konsisten, petani dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan yang ada, petani belum.... Betapa oh betapa...
Pemberhentian impor bawang merah ini bukannya baru saja? Tidak bisakah membiarkan petani bahagia barang dua-tiga bulan untuk menikmati harga setelah dua tahun lebih dilanda duka nestapa?? Tidak bisakah menunggu stabilisasi harga bawang merah di panen berikutnya yang hanya butuh waktu tidak sampai dua bulan? Apakah harus selalu impor dan impor lagi??
Kalau demikian adanya, bisa jadi, dua tahun dari sekarang harga bawang merah di tingkat petani akan kembali ke asalnya.. Yakni, hanya Rp3.000 per kg!!

WOW!! Angry Bird Toons Tayang di ANTV!

WOW!!
Kata-kata yang pantas untuk ANTV karena dipilih sebagai mitra Rovio untuk menayangkan serial Angry Bird Toons, 'Si Burung Pemarah' pada 16 Maret 2013 di Indonesia. Wow!!
Setiap minggunya akan ada serial baru yang ditayangkan. Total episodenya sebanyak 52 episode. Asyiiikkk!
Cenna bisa lihat Angry Bird di TV. Hehehe...
Kapan lagi coba? Angry Bird di TV kan mentok di iklannya doank. Hehehe.
Jam berapa tayang? Nah, itu diaaaa yang belum diketahui. Semoga pas jamnya anak-anak lagi main yah.

Ini berita selengkapnya!

Tahu berita ini, saya jadi penasaran dengan sejarah Si Burung Pemarah. Dan... ketemu lah sejarahnya di web Okezone.

Berikut sejarah Rovio dan Angry Birds, yang okezone rangkum dari berbagai sumber, Selasa (13/9/2011).

Sejarah Rovio
Dahulu Rovio didirikan pada tahun 2003, namun saat itu namanya adalah Relude. Baru setelah 2 tahun berdiri, mereka mengubah namanya menjadi Rovio, seperti yang dikenal saat ini. Rovio dibangun oleh tiga mahasiswa yaitu, Kim Dikert, Niked Hed, dan Jarno Vakevainen.

Sebelum menjadi perusahaan besar, Rovio yang dibangun oleh tiga mahasiswa ini sudah mengikuti banyak kompetisi game, salah satunya yang disponsori oleh Nokia dan HP. Titik terang kesuksesannya muncul saat game mereka yang bernama 'King of The Cabbage World" menjadi juara kategori real time multiplyer game.

Keberhasilan game 'King of The Cabbage World' ini memicu mereka untuk mulai serius menggarap dan membangun perusahaan yang berfokus pada game mobile, yang saat itu diberi nama Relude.

Salah satu kebutuhan penting perusahaan adalah dana. Ini merupakan prasyarat dan kehidupan dari setiap bisnis untuk menjalankannya. Begitu juga hal yang dihadapi oleh Rovio saat itu, demi mendapatkan dana segara, trio itu menjual game 'King of The Cabbage World' kepada perusahaan Sumea (nama saat ini Digital Chocolate). Kemudian diubah menjadi Mole War yang kemudian ternyata menjadi permainan pertama multiplayer real-time mobile yang dikomersialkan.

Setelah mendaptkan dana tersebut, Pada awal 2005, perusahaan ini memodifikasi nama perusahaan menjadi Rovio Mobile.

Sejarah Angry Birds

Pengembangan Angry Birds dimulai pada Maret 2009. Setelah penciptaan sukses dari tim pengembangan Rovio, mereka merilis game tersebut pada bulan Desember 2009 dan selanjutnya adalah sejarah. Angry Birds menjadi adalah aplikasi permainan di Finlandia nomor satu. Lalu game 'Burung Marah' ini melanjutkan ekspansinya ke Amerika Serikat (AS) dan Inggris diman Apple adalah kunci untuk membuat semuanya terjadi.

Rovio saat itu sedang mencari sebuah permainan sederhana yang bisa mereka bawa ke platform layar sentuh yang juga akan kompatibel dengan platform game lainnya. Mereka ingin mengikuti kebijaksanaan lama: "Game ini harus mudah dimainkan, tapi sulit untuk dikuasai" dan itu adalah apa yang mereka buat. 

Menguasai itu bukanlah tugas yang mudah meskipun; mencetak 3 bintang di setiap tingkatan, menemukan semua telur emas, memukul struktur tepat . Angry Birds pun cepat berubah dari gane "sederhana dan mudah" menjadi game sangat menantang dan kadang-kadang bahkan membuat frustasi!.

Sampai sekarang, Angry Birds terus itu melakukan invasi platform. Saat ini Angry Birds telah hadir di 11 platform dan berencana untuk memasuki Facebook. Rovio juga ingin menjadi merek ikonik hiburan seperti Disney dan telah mengambil tindakan untuk mempromosikan Angry Birds di Asia. 
 
Cerita Kita Blog Design by Ipietoon