Working Mom dan Breastpump Andalan!


Setelah menjadi working mom, perlengkapan yang saya bawa untuk ngantor pun bertambah. Tidak hanya bekal nasi untuk makan siang, tetapi juga empat botol kaca untuk menampung ASI, ice gel besar, cooler bag, dan breastpump.
Barang-barang ini wajib hukumnya untuk selalu dibawa ke kantor. Alhasil, tiap hari saya bawa dua tas. Satu tas kantor biasa dan satu tas cooler bag. Tapi yang berpenampilan begini tidak hanya saya. Banyak sekali ibu-ibu muda di KRL yang juga nenteng-nenteng  'peralatan perang' demi membawa oleh-oleh ASI untuk sang buah hati. *yaelaaahhh bahasa gue* 


Seperti yang saya tulis di sini, pada jam-jam kantor saya pumping ASI sebanyak empat kali. Jam 09.00, 12.00, 14.00,  dan 16.00 WIB.
Satu kali sesi pumping, bisa dapat ASI sebanyak kurang lebih 100ml. Semua dilakukan dengan bantuan breastpump.

Bicara tentang breastpump, saya jadi tertarik untuk berbagi cerita tentang bagaimana saya menggunakan breastpump.
Sejak mengetahui bahwa saya hamil, saya sudah mencari tahu apa saja kebutuhan ibu hamil, bayi, pasca melahirkan dan saat menyusui. Dan salah satu yang paling penting adalah breastpump. Apalagi setelah saya memutuskan untuk tetap bekerja setelah melahirkan.

Breastpump yang pertama dibeli adalah breastpump manual model jadoel. Lupa merknya apa. Bentuknya mirip terompet penjual keliling yang bunyinya 'towet-towet'. Hehe.
Not recommended laaahhh. Selain khawatir ada bakteri yang masuk, bulatan untuk menyedot ASI-nya pun super keras. Jadi butuh tenaga ekstra supaya ASI bisa keluar. Wajar sih ya, lha wong harganya saja cuma Rp13.000. :))

Breastpump kedua, saya melirik yang elektrik. Merknya Little Giant. Harganya Rp250.000. Dengan harga yang lumayan terjangkau, breastpump ini bekerja dengan baik. Paling nggak buat saya. Hasil pumpingnya pun lumayan banyak. Tapi ini sih tergantung dengan produksi ASI tiap ibu yaaa... Daaann praktis!
Kelemahan breastpump ini, agak sakit saat digunakan. Memang ada pengaturnya. Tapi, kalau saya setting dengan kekuatan terendah, sedotannya juga berkurang. Jadi, saya akali dengan menggunakan kekuatan terendah di awal pemakaian, setelah mulai terbiasa kekuatannya diperbesar. Tapi yaaa teteup sakit.. :D

Breastpump ketiga yang saya coba pakai adalah Medela Mini Elektrik. Pakai breastpump Medela saya merasa lebih praktis lagi. Selain sakitnya berkurang, hasilnya pumping ASI-nya lebih banyak, juga waktu pumping yang semakin singkat. Yaaiyyy!
Kelemahannya, suaranya berisiiiiik! Kalau pumping malam hari, si kecil terbangun gara-gara mendengar suara si Medela ini. Selain itu, penggunaan baterainya juga lebih boros.

Breastpump ke empat, saya mencoba breastpump manual merk Avent Philips. Meski manual, breastpump ini enak dipakai. Memang lumayan pegal sih, tapi nggak sakit saat digunakan. Untuk ukuran breastpump manual, Avent ini cukup cepat dipakai pumping. Hasilnya pun tidak kalah dengan yang elektrik.

So? Pilihan saya yang mana? Saya pilih Medela Mini Elektrik, kalau dekat dengan colokan listrik. Pilih Avent Philips kalau lagi nggak ada colokan listrik atau lagi mobile.

Btw, pernah satu hari saya lupa bawa corong breastpump. Rasanya pengen nangis! Akhirnya kepikiran untuk pumping dengan metode Marmet. *kapan-kapan saya tulis soal ini*
Dengan metode Marmet, ternyata hasilnya nggak kalah sama pumping pakai breastpump. Praktis pula. Hanya saja, waktu pumpingnya jadi lebih lama.

*Foto: dari koleksi pribadi.
** Hanya review pribadi setelah mencoba beberapa breastpump.
*** Kira-kira pakai Medela Swing, Medela freestyle, dan Avent elektrik gimana ya rasanya? Uni mom? Atau Core? Atau Pigeon? =))

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat


Malam takbiran tahun lalu seharusnya menjadi malam yang penuh kebahagiaan bagi kami sekeluarga. Pun halnya dengan Epul. Betapa tidak, kami sekeluarga sudah berkumpul di malam takbiran. Memasak dan membuat kue. Menyiapkan ini dan itu. Dan seperti biasa, Epul yang saat itu berusia 21 tahun, berangkat ke masjid untuk salat Isya.
Namun, tidak seperti biasanya,  Epul menangis sepulang dari masjid. Air matanya bercucuran. Kami sekeluarga bingung dan bertanya pada Epul, 'ada apa?'.
Epul menjawab, sepulang dari masjid, sekelompok anak meledeknya dan mengatakan, Epul jelek karena tidak bisa bicara. Bahkan ada satu anak usia SMP yang memukulnya!
Cerita Epul ini disampaikannya dengan bahasa isyarat. Hanya kami sekeluarga dan orang terdekat yang mengerti apa maksud isyarat yang dia sampaikan.

Epul adalah adik kami yang sejak lahir memiliki disabilitas untuk bicara maupun mendengar. Bahkan hingga tahun keempat, pertumbuhannya teramat lambat. Terutama untuk duduk, berdiri, kemudian berjalan. Usia satu tahun, dia berjalan menggunakan punggungnya, bukan dengan 'ngesot'. Baru di usia tiga tahun dia bisa duduk dan bisa mengesot.
Umur empat tahun, ketika hampir semua orang tidak menyangka Epul akan bisa berjalan, Allah menunjukkan kebesaranNYA.
Sore itu, anak-anak kecil bermain di halaman rumah. Kebetulan ada ibu-ibu yang sedang mencari daun pisang. Batang daun pisang yang dibuang, dimanfaatkan anak-anak untuk bermain 'jaranan'. Ajaibnya, Epul yang saat itu baru bisa duduk dan ngesot, langsung berdiri dan mengambil batang pisang kemudian berlari. Meski hanya beberapa langkah. Karena dia sudah keburu terjatuh.
Sejak saat itu, kami terapi Epul hingga akhirnya dia bisa berjalan dan berlari normal. Bahkan bisa bermain sepeda.

Meski demikian, keadaan ini tidak serta merta mengubur niat orang lain untuk meledek atau melakukan tindakan bullying. Seperti yang terjadi pada malam takbiran tahun lalu itu. Miris hati kami mendengar cerita Epul mendapat perlakuan buruk sedemikian rupa. Dengan bahasa isyarat, Epul bertanya pada  ibu, 'kenapa saya tidak bisa bicara?'
'Kenapa Allah tidak memberikan saya kemampuan untuk bicara? Atau jangan-jangan sewaktu ibu hamil saya, ibu melakukan kesalahan?'
Pertanyaan-pertanyaan ini disampaikan Epul dengan bahasa isyarat. Susah payah kami menjelaskan pada Epul bahwa disabilitas yang dia alami adalah kehendak Tuhan. Bahwa anak-anak yang sudah meledeknya akan menerima balasan juga nantinya. Bahwa... :(

Perlakuan buruk ini tidak hanya dilakukan anak-anak, tetapi juga oleh orang dewasa. Mereka menjadikan Epul bulan-bulanan sebagai bahan candaan yang sama sekali tidak lucu. Tidak pernahkah mereka memahami bagaimana perasaan Epul diperlakukan sedemikian rupa?  Apakah mereka tidak akan tersakiti jika mereka juga menerima perlakuan yang sama? Apakah mereka akan terima jika adik atau anggota keluarga mereka juga mendapat perlakuan yang sama?

Sedemikian buruk pandangan masyarakat terhadap para penyandang disabilitas. Mereka dikebiri. Dijadikan bahan olokan dan bahan candaan. :(


Disabilitas dan Lapangan Kerja
Jumlah warga Indonesia yang memiliki disabilitas menurut data Kementerian Kesehatan sebanyak 6,7 juta orang. Namun, yang terserap lapangan kerja baru setengah persen. Setengah persen!
Sangat tidak sebanding dengan jumlah penyandang disabilitas.
Padahal menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997, setiap instansi pemerintah atau perusahaan swasta diharapkan bisa memenuhi kuota 1 persen untuk penempatan tenaga kerja penyandang disabilitas.  Hanya saja, tidak semua instansi bersedia memberi porsi lapangan kerja bagi para penyandang disabilitas ini. 
Sangat disayangkan. Aturan baku yang seharusnya dipatuhi setiap instansi ternyata hanya menjadi ‘macan ompong’. Hanya tertera peraturan hitam di atas putih tanpa ada aplikasi di tengah masyarakat.
Inilah mungkin yang menyebabkan banyak penyandang disabilitas, baik dipaksa maupun atas kemauan sendiri mengais rejeki dengan cara meminta-minta.
 



Jika saja, penyerapan tenaga kerja dari para penyandang disabilitas ini lebih besar, tentu jumlah peminta-minta tidak akan sebanyak sekarang.
Jika saja, pemerintah bisa menyediakan wadah untuk membantu mereka yang memiliki disabilitas namun tidak mampu menempuh pendidikan. Jika saja, wadah tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengeksplorasi potensi dan kreativitas mereka,  tentu mereka akan lebih produktif lagi. 
Satu yang seharusnya dipahami para pemimpin negeri ini, bahwa mereka yang memiliki disabilitas tertentu, misalnya tidak dapat melihat, indera-indera yang lain bisa memerintah dan menstimulasi otak untuk memaksimalkan indera lainnya. Dan ini sudah terbukti. 

Hellen Keller misalnya. Dia adalah salah satu penyandang disabilitas penglihatan, pendengaran dan berbicara, namun dia bisa menguasai berbagai bahasa dan lulus dari Universitas Harvard!
Disabilitas lainnya juga dimiliki Hirotada Ototake atau Oto yang sejak lahir tidak memiliki tangan dan kaki. Namun berkat semangatnya yang setebal baja, dia bisa lulus kuliah dan sekarang menjadi guru.
Keberhasilan para penyandang disabilitas ini tidak lepas dari semangat membara dan kesabaran luar biasa dari mereka untuk terus belajar. Pun halnya dengan keluarga, guru, dan lingkungan yang selalu setia mendukung mereka. 
 Penyandang Disabilitas dan Kartunet
Pernahkan kita membayangkan diri kita berada di posisi para penyandang disabilitas? Bagaimana kita bisa melakukan aktivitas sehari-hari sebagai seorang penyandang disabilitas? Bagaimana jika kita menjadi Hellen Keller? Atau menjadi seorang Oto?
Kartunet sebagai katalisator bagi para penyandang disabilitas sepatutnya memberi ruang seluas-luasnya bagi siapa saja yang menyandang disabilitas untuk ikut ambil bagian.
Artinya, Kartunet harus bisa mewadahi para penyandang disabilitas untuk berkreativitas dan mengembangkan potensinya. Misal, dalam hal keterampilan menjahit, membuat kerajinan tangan, bahkan di bidang IT.
Kartunet juga harus lebih menyebarluaskan informasi tentang keberadaannya, sebagai salah satu lembaga yang memiliki kepedulian tinggi terhadap penyandang disabilitas. Apalagi Kartunet digawangi juga oleh mereka yang juga memiliki disabilitas. Informasi ini akan memberi semangat tersendiri bagi penyandang disabilitas lainnya yang ingin bergabung dengan Kartunet.
Tidak hanya itu, melalui program-programnya, Kartunet diharapkan bisa mengedukasi masyarakat sampai ke pelosok desa. Karena tindakan bullying terhadap penyandang disabilitas juga banyak ditemui di desa-desa.
Menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat, tentu membutuhkan media. Untuk itu, Kartunet juga harus bisa menggaet media baik cetak maupun elektronik berperan serta menyebarluaskan informasi dan mengedukasi masyarakat.




Kartunet dan Dialogue in The Darkness
Sebagai salah satu lembaga yang dipercaya untuk memberdayakan para penyandang disabilitas, Kartunet juga bisa bekerja sama dengan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Sosial dan Kementerian Pendidikan Nasional untuk mendirikan sebuah lembaga khusus penyandang disabilitas penglihatan.
Seperti yang dilakukan pemerintah Jerman. Mereka mendirikan lembaga khusus untuk mereka yang ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang penyandang disabilitas penglihatan. Lembaga ini diberi nama Dialog im Dunkein atau Dialogue in The Darkness. Eksebisi ini diberikan khususnya bagi para siswa di Jerman. Namun, bagi orang umum yang ingin ikut dalam eksebisi ini juga dibolehkan. 
Kegiatannya berupa tour dalam ruang gelap gulita. Setiap peserta menjalani peran sebagai penyandang disabilitas penglihatan dengan dibantu seorang guide yang tidak lain adalah penyandang disabilitas penglihatan. Mereka dibolehkan berdialog. Kegiatan para peserta berupa menyeberang jalan, bertransaksi di pasar, menaiki kapal, dan lain-lain. Semua kegiatan ini dilakukan dalam keadaan gelap gulita tanpa ada cahaya sedikitpun.
Dengan mendirikan lembaga eksibisi ini, diharapkan mereka yang disebut sebagai manusia ‘normal’ bisa ikut merasakan hari-hari menjadi seorang penyandang disabilitas penglihatan. Harapannya, dengan merasakan ‘kegelapan’, masyarakat bisa memahami dan lebih peduli pada para penyandang disabilitas. Sehingga sirnalah tindakan bullying ataupun sikap semena-mena terhadap penyandang disabilitas di tengah masyarakat.

Sejatinya, tidak ada yang namanya manusia penyandang disabilitas, yang ada adalah manusia yang harus diperlukan secara manusiawi.
Disabilitas juga tidak melulu orang-orang yang secara fisik terlahir dengan disabilitas, tetapi juga mereka yang memiliki disabilitas akibat kecelakaan.
Dengan mengapresiasi, memberikan kesempatan kerja, serta mengeksplorasi potensi mereka, akan sangat berarti bagi mereka dan masa depan mereka.
Semoga, ada langkah pasti dari pemerintah bekerja sama dengan Kartunet untuk kebaikan dan masa depan para penyandang disabilitas. 




Semoga!

NB:
Gambar pertama diambil dari website Kartunet.com
Gambar kedua diambil dari website http://tataandika.depsos.org

Balada Ibu Bekerja


Yup! Sudah lebih dari satu bulan saya jadi working mom. Gimana rasanya? Campur aduk!

Pertama, merasa bersalah karena meninggalkan Cenna seharian. Kalau boleh memilih, lebih baik saya di rumah mengurus Cenna daripada harus meninggalkannya selama 12 jam. Hitung saja, 12 jam saya di luar rumah. Pulang kerja sudah capek. Baru main sebentar, Cenna sudah mulai ngantuk dan akhirnya minta dininaboboin. Selesai. Kebersamaan kami hanya beberapa jam, sisanya dihabiskan untuk tidur. Kecuali dia terbangun malam-malam dan ngoceh.
Kedua, dorongan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Jelaslah kiranya kenapa akhirnya saya harus kembali bekerja. Meski entah sampai kapan. Karena saya ingin memiliki tabungan lebih yang kelak bisa digunakan untuk biaya sekolah Cenna, juga biaya-biaya lainnya.

Dua-duanya tentu saja muaranya untuk Cenna, untuk anak. Mau tinggal di rumah, mau kerja, semuanya pasti demi anak. Tapi, dua-duanya tetap punya konsekuensi masing-masing.
Harapannya sih, nggak lama lagi saya bisa kerja dari rumah. Jadi bisa sekalian mengurus Cenna. Aaamiiiin! 

ASI dan Bingung Puting
Ada sebagian teman yang bertanya, kalau kerja, lalu ASInya gimana?
Hmmm.. Pertanyaan yang wajar. Karena memang sangat tidak memungkinkan membawa bayi ke kantor. Jadi solusinya, ASInya diperah. Oleh-oleh setiap hari ya ASI perah alias ASIP. Tidak terlalu banyak, tapi juga tidak bisa dibilang sedikit. Alhamdulillah, masih bisa membawa pulang 350-400 ml sehari.
Apalagi Cenna sedang terkena bingung puting (nursing strike). Suatu kondisi di mana si kecil lebih senang minum ASI dari dot ketimbang menyusu langsung dari sumbernya (ibu).
Sudah satu bulan lebih Cenna bingung puting. Dia mengamuk tiap kali dipangku dan disusuin. Kalaupun mau, cuma digigit. Benar-benar menolak untuk disusuin.
Sedih? Jelasss...
Sangat-sangat menyesal mengenalkan dot pada Cenna. Iri, kesal, cemburu, campur aduk tiap kali melihat Cenna minum ASIP dari dot. Rasanya ingin membuang semua dot yang ada di rumah. Tapi, bude yang jagain Cenna lebih nyaman ngasih ASIP pakai dot. Pun halnya dengan Cenna.
Berhenti berusaha? Tidak.
Saya mencoba relaktasi dengan skin to skin contact. Gagal. Cenna nangis kejer.
Relaktasi menggunakan lactation Aid. Gagal.
Pakai cup feeder, juga gagal. Karena banyak ASIP yang terbuang dan Cenna tersedak.
Pakai spout, sedotan, dot orthodontic, dot peristaltik, sendok, semuanya gagal. Memang Cenna bisa, tapi bude yang momong Cenna nggak tega. Jadi balik lagi ke dot standar.
Akhirnya, menyerahlah saya. Berusaha untuk ikhlas. Mungkin perjalanan menyusui Cenna memang harus begini.

Sekarang, satu-satunya cara untuk bisa kembali menyusi hanya dengan skin to skin contact. Hasilnya? Kadang berhasil, kadang nggak.


Nah, karena Cenna nggak mau minum ASI dari sumbernya, jadilah saya perah ASI setiap hari. Dari pagi sampai pagi lagi. Semuanya terjadwal.
Pagi:
Jam 04.00,  06.00, dan  09.00.

Siang:
Jam 12.00, 14.00,  dan 16.00

Malam:
Jam 19.00,  21.00,  23.00,  01.00, dan 04.00

Begitu terus setiap hari. Jadwal ini berlaku untuk hari Senin - Jumat. Hari Sabtu dan Minggu jadwal perah ASI lebih banyak lagi.
Kadang ada kalanya jadwal pumping  (perah ASI) di malam hari tidak dipatuhi. Ada  kalanya malah bisa hampir tiap jam. Yang penting tidak lebih dari tiga jam.
Alhamdulillah, dengan perah ASI begini, Cenna bisa minum ASI lebih banyak, antara 700-800 ml per hari. Sedangkan susu formulanya 'cuma' 100-150 ml per hari. Hari Sabtu dan Minggu Cenna bisa full ASI.

Sekarang targetnya, gimana caranya supaya Cenna bisa ful ASI setiap hari dan gimana supaya Cenna mau menyusu langsung lagi...
Kalaupun tidak bisa, semoga produksi ASI saya tetap banyak. Jadi tetap bisa memerah ASI.. Aamiiin :)

*foto dari koleksi pribadi.


Dan.. Puzzle Ku Pun Lengkap Tersusun..


Hari ini genap satu tahun usia pernikahan kami.
Masih 'bayi'. Usia kami masih dalam hitungan jari.
Masih panjang dan terjal perjalanan hidup ini.
Juga masih terlalu dini untuk berbangga hati.
Karena riak-riak gelombang permasalahan masih kerap menghampiri.
Semoga perjalanan ini berakhir indah hingga di akhirat nanti.
Aamiin.


Sejak 2010, bulan November menjadi bulan istimewa buat saya dan suami. Di bulan inilah saya dan suami melangsungkan pernikahan. Tidak ada tanggal cantik. Kami bahkan memilih tanggal 13 November yang bertepatan dengan hari Sabtu. Angka 13 yang disimbolkan sebagai angka sial. Tapi kami melawan stigma bodoh itu. Pun halnya dengan pemilihan hari.

Menikah di bulan November, maka yang harus diperhatikan adalah kekhawatiran hujan deras yang siap mengguyur kapan saja.
Benar saja, malam sebelum ijab qabul, hujan turun semalaman sampai menjelang subuh. Sempat berhenti sebentar, kemudian hujan lagi sampai pukul 8 pagi.
Jangan tanya bagaimana perasaan saya. Dag dig dug der!
Khawatir perjalanan saya menuju masjid, tempat ijab qabul kami, akan terhambat karena hujan. Atau minimal, kami akan hujan-hujanan menuju masjid.
Tapi Allah Maha Baik.. Jam 8 pagi hujan sudah berhenti. Total berhenti. Sampai akhirnya kami berikrar untuk menjadi pasangan setia sehidup semati di Masjid Baabussalam.
Sungguh hari yang teramat istimewa. Bak seorang raja dan ratu kami diusung ke pelaminan cinta.
'Maka nikmat Rabb kamu manakah yang kamu dustakan?' Kalimat ini bertalu-talu dan terngiang-ngiang mengawali perjalanan hidup berumah tangga kami.

Peran saya pun berubah. Saya bukan lagi gadis yang dulu. Saya sudah menjadi seorang istri. Dan kini, setahun kemudian, peran saya menjelma sebagai istri sekaligus ibu. Cenna, buah hati kami lahir, mewarnai hidup kami menjadi lebih hidup. Puzzle kehidupan ku mulai lengkap tersusun. Sungguh sebuah proses yang indah.

Dan di bulan November ini, satu tahun biduk rumah tangga kami berlayar. Riak duka cita melaju menembus hitungan waktu. Terkadang angin datang menerpa membuat biduk sedikit goyah.
Satu tahun.. Masih banyak kewajiban saya sebagai istri dan ibu yang belum tertunai.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa saya.
Rabbanaa hablanaa min azwajiinaa wa dzurriyatinaa qurrota 'ayun wa ja'alnaa lil muttaqiinaa imaamaa.. (Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami. Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang bertaqwa)

Dedicated to my soulmate.. On our 1st anniversary... Love you dearly.. 



Sharing Session 'Bout Cloth Diaper


Baru beberapa minggu gabung dengan Milis Popok Kain. Eh, nggak lama kemudian ada event Sharing Session aka Seminar tentang FAQ Cloth Diaper yang bertempat di FX Lifestyle X'nter di Giggle Atrium Lt F5, Senayan.
Pembicaranya, Mbak Rika - Owner Rumah Popok/Enphilia, Mbak Trisiana Tana - Owner Green Nappy, dan Teh Ninit Yunita - Penulis, Founder The Urban Mama, sekaligus pengguna cloth diaper. 
Wooowww!! Dari nama-nama yang disebutkan saja bisa ketahuan donk, kalau acaranya bakalan seru.
Benar saja...!
Sampai di lokasi, saya dan suami yang sedang kelaparan disuguhi snack pengganjal perut plus goody bag. Yeiy!! Hehe. Saya kan pemburu goody bag. *malu*
Seru lah pokoknya. Ketiga pembicara di atas menjelaskan apa dan bagaimana cloth diaper itu. Pentingnya memakai clothdiaper. Teh Ninit malah mendeskripsikannya dengan memakai pengalaman kedua anaknya
sebagai contoh. Juga perhitungan untung rugi antara memakai cloth diaper dan popok sekali pakai.
Jelas lebih untung pakai cloth diaper doooonk!
Mbak Tris menjelaskan tentang perawatan serta barbagai macam bahan cloth diaper.
Sedangkan Mbak Rika, saya kurang tahu karena datangnya telat. Sampai lokasi, Mbak Rika sudah selesai berbagi. :(
Lebih serunya lagi pas lomba para ayah memakaikan cloth diaper pada anaknya. Aduh aduh, itu bapak-bapak saking groginya, sampai kebalik balik mau pasang cloth diaper. :))

Cuma satu kekurangan acara ini, saya ndak dapat cloth diaper GERATIS! Hehehehe...

Pulang dari FX, saya dan suami melanjutkan perjalanan ke IMBEX di JCC. Mumpung masih satu lokasi. Kapan lagi coba? IMBEX di Balai Kartini sudah lewat, so kali ini nggak boleh lewat lagi.

Dan, nggak jauh-jauh dari cloth diaper, saya dan suami menyambangi beberapa booth yang menjual cloth diaper. Ada yang lagi diskon 50%, ada yang 10%. Pilihan terakhir jatuh di booth MomCare.
MomCare ini cloth diaper baru. *atau saya yang baru tahu? CMIIW*
Di booth MomCare sedang ada diskon yang lumayan, dari Rp120ribu per pcs, jadi Rp80 ribu per pcs.
Ngiler? Pastiiiiii!
Tapi kami cuma beli dua pcs. Padahal pengen nambah stok cloth diaper buat si kecil. Huhuhuhu...
Meski masih baru, cloth diaper MomCare nggak kalah lhooo sama cloth diaper yang sudah lama beredar.
Outernya pakai PUL, innernya pakai microfleece, dan dua insertnya (sepertinya) pakai GG stay dry. Bener nggak sih? Semoga nggak salah sebut :)
Warnanya juga sangat menarik. Serius! Saya naksir berat sama warna dan motif-motif MomCare.  Penasaran? Sok atuh lihat penampakan di bawah ini :)

* Kotak warna hijau itu kemasan MomCare. Oya, hasil dari beli dua pcs cloth diaper MomCare, saya juga dapat dua botol kecil berisi deterjen cair MomCare. Makasiiiiiiiiihhh...
** Pelayanannya juga oke, ramaaaahh banget.
*** Kalau owner MomCare baca review ini, wajib ngasih saya cloth diaper GRATIS niiihhh! Hehehe.. #ngarep!

Semoga ke depan, MomCare juga menyediakan cloth diaper berbahan bamboo, plus insert bamboonya. Aaamiiin.

Math Craft Stories -by Capungmungil Giveaway

 Capungmungil Giveaway on Innocentia
Okeeee.. Kembali ngeblog dan mengawalinya dengan ikutan giveaway dari blognya Mbak Citra.
Ini kali kedua saya ikutan giveaway di blognya Mbak Citra. Giveaway ini kerja sama dengan mbak cantik si Capungmungil ini. Baca-baca tentang behind the scene of Math Craft Series saya jadi terharu... Saya juga sering bermain-main dengan kain felt/flanel, tapi nggak sampai kepikiran untuk bikin Math Craft Series. Benar-benar kereeeeeeennnn!
*Ya Allah, semoga menang... Naksir berat nih sama hadiahnya, buat anakku tersayang, Cenna.. Aamiiin*

Buat teman-teman blogger yang mau ikutan giveaway ini, monggo atuh main ke sini.
 
Cerita Kita Blog Design by Ipietoon