Annida Go Green

TERKEJUT dengan terobosan yang akan dimulai Majalah Annida. Yak, majalah remaja favoritku dari jaman SMP sampai sekarang ini berencana melakukan terobosan besar.  Begini pengumuman di majalahnya, (lumayan telat sebenarnya) :
Tahukah Teman’s?
• Hanya 8 persen dari kebutuhan industri kertas kita disuplai oleh HTI (Hutan Tanaman Industri), sisanya 92 persen berasal dari illegal logging!!
• Setiap tahunnya luas hutan Indonesia yang hilang sama dengan luas Pulau Bali kita.
• Satu rim kertas menghabiskan sebatang pohon berusia minimal 5 tahun. Untuk kertas berkualitas baik diperlukan campuran sebatang pohon berkayu keras dan sebatang pohon berkayu lunak.
• Kebutuhan kertas kita 2 kali lipat dari persediaan yang tersedia secara legal.
• Suatu lahan pepohonan kayu keras setinggi 4 kaki panjang 4 kaki dan lebar 8 kaki dapat menghasilkan 1000-2000 pon kertas atau 1/2-1 ton kertas atau 942.100 halaman buku atau 4.384.000 perangko atau 2700 eksemplar koran.
• Jika kita menghemat 1 ton kertas, berarti kita juga menghemat 13 batang pohon besar, 400 liter minyak, 4100 Kwh listrik dan 31.780 liter air.

Nah, sekarang Annida Go Green, Mulai Juli 2009 mendatang Annida tidak lagi menjumpai pembaca dari Sabang sampai Papua, dari Malaysia sampai Amerika...
Hohoho, dunia sastra alias literasi Indonesia (cieee) bakal kehilangan dunk??

La tahzan.... Annida tetap hadir: lebih bijak, lebih canggih dan lebih waah!!! Segera Annida bereinkarnasi menjadi Annida virtual melalui www.Annida-online.com.

Terobosan yang cukup berani, menurut saya. Berani karena akan berdampak pada penjualan majalah dalam bentuk cetak tentunya. Meski di sisi lain, akan mengurangi biaya produksi. Tapi saya yakin, majalah favorit saya ini pasti punya trik sendiri di dunia vritual.

Saya salut dengan spiritnya. Annida Go Green, tujuan yang 'cantik' untuk sebuah majalah yang -biasanya- berorientasi pada profit.  Harus diakui pertumbuhan teknologi informasi sedemikian pesatnya, sulit terkejar. Bahkan pesatnya pertumbuhan pengakses informasi di ranah daring membuat beberapa surat kabar di luar negeri sudah berhenti beredar (baca:cetak), seperti koran Seattle Post. Koran ini berpindah ke media online. Kemudian ada Asian Week. Juga sederetan koran lain yang sudah berencana berhenti cetak dan beralih ke media online. Wow!

Bagaimana dengan Indonesia? Hmm.. bisa dilihat. Kompas, Media Indonesia, dan Tempo adalah sedikit contoh media massa yang berawal dari cetak dan merambah ke media online. So, bukan tidak mungkin suatu saat, koran di Indonesia juga melakukan gebrakan yang sama, tentu dengan spirit yang kurang lebih sama dengan Annida Go Green. Semoga!

Kembali ke majalah favorit saya tadi, rencana besar Annida tentu mengundang tanya dari pembaca setianya, terutama mereka yang sulit untuk mengakses internet. Jangankan internet, kenal mouse saja tidak. (mouse kan banyak di got )

Bagaimana Nida, apakah akan ada bentuk Pdf yang hanya bisa diakses oleh member atau akan diberikan secara cuma-cuma? Ah, tidak sabar rasanya menatapmu dalam kemasan yang berbeda.

Selamat bermalam jum'at, saya ngantuk. Bagaimana dengan teman-teman?

Sebutan 'KAMU'

# Dialog di sebuah rumah, di Lampung. Entah kapan saya lupa, yang pasti dalam rentang 2002 sampai 2005. Saya bertanya pada seorang perempuan, yang darinya saya banyak belajar. Kira-kira begini dialognya:
Saya : Tante, om pernah nggak manggil tante pake kata 'KAMU'?

Tante: Nggak pernah thie, dari sejak pacaran. Kalau dia sudah pakai kata 'KAMU' berarti dia sedang marah.

Saya : (senyum) seneng ya tan?

Tante : Dulu om manggil tante, dik. Tante manggil om, mas. Setelah punya anak, ya ayah-ibu. Tapi sangat jarang, om marah dan nyebut 'kamu'.

Saya : (senyum lagi) om waktu pacaran gimana tan? *mengalihkan pembicaraan*

***


##Dialog di suatu malam dengan seorang bunda. Di sebuah jendela YM yang penuh canda. Dan mengajukan pertanyaan yang sama.
Saya : Bun, ayahnya kaka pernah manggil bunda pake kata 'kamu' gak?

Bunda : Gak, dia anti sangaaaaaattttttt. Alesane, kayak sama yang gak kenal. Pernah waktu awal pacaran, aku manggil 'kamu'. Dia lgsg nutup telpon.

Saya : wohooooo.. aku bangeettt tuh... :-)

Dan chating berlanjut dengan cerita-cerita lucu, membahas emoticon yang nggilani, sampai ngerjain  kriwel yang sudah berganti appearance :)

***


Ya, saya memang sengaja menanyakan itu pada orang-orang yang sudah menikah. Buat saya, sebutan 'kamu' untuk orang yang tersayang kurang sreg. Bukan... Bukan karena kurang sopan atau tidak menghargai. Cuma kurang nyaman. Duh, saya kesulitan membahasakannya. Tapi kurang lebih begitu.

Saya pikir, panggilan mesra dalam sebuah pernikahan bisa dimulai dari ketika kita bertemu dengan si dia yang kelak menjadi suami/istri kita. Ketika dari awal sudah terbiasa dengan panggilan, elo-gue, kamu-aku, aku-awak, dsb.. Maka, akan sulit mengubahnya.

Ini pendapat orang yang terlalu serius mungkin. Ya, karena saya menganggap pacaran itu sebagai ajang untuk belajar sebelum kita memasuki gerbang kehidupan baru. Belajar untuk memahami si dia, belajar mendampinginya dalam suka dan duka, belajar menghargainya, dan belajar banyak hal lainnya. Jadi, ketika memasuki pernikahan, akan terbiasa.

Cuma contoh nih ya. Seorang istri memecahkan piring. Pada saat bersamaan suaminya melihat dan berkomentar:
"KAMU hati-hati dong kalo bawa piring" (misal nih ya..)

Bandingkan dengan komentar ini:
"BUNDA, hati-hati dong kalo bawa piring" (misaaaaaall)

Kalau menurut saya, komentar terakhir lebih soft ketimbang komentar pertama. Entah kenapa.

Ini hanya pendapat saya pribadi. Saya tidak menafikan diri, panggilan 'kamu', 'elo' atau 'awak' sekalipun tidak masalah. Karena saya juga sering ber'kamu-kamu, ber-elo elo' dengan teman.

Tapi untuk orang yang tersayang, tetap dengan panggilan sayang yang khas, yang spesial, yang khusus.

Ini hanya soal selera, soal rasa. Selebihnya, terserah sodara. :-)

**********************

LDR, LDL, PJJ

ldl-21 Kemarin, baca reviewnya Mbak Cantik --duh, saya ngefans banget  sama mbakyu satu ini-- tentang buku Long Distance Love (LBL) karya Imazahra.

Jadi kepincut pengen beli, tapi udah muter-muter toko buku belum ketemu juga. Sabar dulu deh, sudah dipesan kok. Semoga toko buku langganan saya secepatnya order ke Surabaya.

Cepetan datang yo mbak, lak tak batalin order e..

Kembali ke long distance relationship (LDR)-istilah lain pacaran jarak jauh dan LDL.

*udah tau ya? Haha! yang pasti bukan MDML*  Fokus thieeee..!!

Oke, jadi begini, menurut saya pelaku LDL (nunjuk diri sendiri, Phie, dan Bunda Menik) atau yang menjalani hubungan jarak jauh memerlukan dedikasi, butuh etos kerja cinta, dan saling percaya untuk sampai ke tujuan.

Bagaimana tidak, hubungan yang mengarungi dimensi jarak dan waktu tak terhingga bukan sesuatu yang gampang, kalau tidak mau dibilang sulit. Butuh DETOSPER: DEDIKASI, ETOS KERJA CINTA,  dan saling PERCAYA. (Singkatan yang memaksa).

Mari kita bedah DETOSPER!

Dedikasi. Cinta tanpa dedikasi dari dua insan pecinta, menurut saya akan rentan tergoda. Karena dedikasi melibatkan kesabaran (patience),  keuletan (persistence), kesetiaan (loyalty), dan kerja keras (hard-work). Silakan artikan dedikasi dalam kehidupan cinta sodara.

Dedikasi tanpa komunikasi juga sulit terwujud, karena hanya akan memunculkan rasa penasaran, bertanya-tanya, dan ujungnya adalah curiga. Kalau sudah curiga, bagaimana bisa percaya? Padahal yang terpenting dari LDR adalah saling percaya.

Kemudian komunikasi. Komunikasi yang mengganggu kehidupan masing-masing (pekerjaan atau produktivitas kedua pihak), lambat laun juga akan menimbulkan perasaan jenuh, merasa selalu diawasi, dan deretan ketidaknyamanan lainnya. Buat yang suka nelponin pacar setiap jam, jangan tersinggung ya! Cowok gak suka lho digituin, kayak gak percaya ajah!

Etos kerja cinta dalam pandangan saya menjadi penting. Kenapa? Karena ini berkaitan dengan motivasi menjalani hubungan, pandangan dasar atas hubungan cinta keduanya. Etos kerja cinta juga berkaitan dengan komitmen yang mendasari hubungan itu sendiri. Masih bingung? Tanyakan pada pacar sodara!

Terakhir, saling percaya. Apapun bentuk hubungannya, mau yang tetanggaan, mau yang satu kantor, mau yang terpisah oleh pulau dan benua, kalau tidak saling percaya ya susyaaaahhhh. Jadi, sodara percaya kaaaan??

Buat para pelaku LDR, selamat mengarungi bahtera cinta dengan DETOSPER, Insya ALLAH akan mengantarkan sodara sampai tujuan dengan selamat. Insya ALLAH.

*Udah dulu yah, posting bersambung neh, butuh banyak postingan*

Sahabat (1)

foto069Namanya Eva Fidiawati. Salah satu sahabat saya ketika kuliah di Lampung dulu. Sahabat yang pintar memasak, mengurus keuangan, berbisnis meski dalam skala kecil,  dan yang pasti sering memberi masukan-masukan ketika saya tengah bimbang. Dia juga seorang yang realistis. Tidak hanya itu, dia juga orang yang tegas dan tegar. Meski kadang ketegasannya membuat saya salah tafsir.

(Maaf ya jenk..) cozy

Perjalanan persahabatan selama kuliah juga diisi dengan ketidakcocokan yang kerap membuat masing-masing berdiam diri, dan kembali memahami. Ya memahami, bahwa bersahabat tidak harus selalu satu ide, satu rasa, satu selera, dan satu lainnya. Berbeda malah indah toh..

Pertengahan 2002 sampai 2006 saya selalu bersama dengannya, ya karena dia memang selalu menyediakan tempat duduk satu, khusus buatku ketika sama-sama satu mata kuliah. Dia juga yang mengingatkanku supaya fokus mendengarkan dosen di depan. Ya, karena saya memang selalu asik dengan diri sendiri. idiotKalau sudah begitu, biasanya saya kesel tapi tetap nurut sama dia.

Sampai pada Juni 2006, ternyata dia harus meninggalkan saya. Dia wisuda Juni, sedangkan saya masih sibuk mengurus ujian skripsi. Hmmm.. Kalau saya sedikit gigih, pasti bisa wisuda bareng dengannya. Terpaksa saya diwisuda September 2006. Hari ketika dia diwisuda, saya foto bersama dengan dia dan pacarnya, Budi, orang yang kini menjadi suaminya..   Selamat sahabatku..

Awal 2008, dia dan Budi memutuskan untuk menikah. Bahagianya. Kala itu, saya sudah berada di Pulau Kalimantan. Sekali lagi selamat ya Va.. (semoga dia membaca)

Dua hari lalu, dia tiba-tiba kirim SMS. Ah iya, sudah satu bulan lamanya saya tidak pernah berkirim kabar dengannya. Dan kemarin dia mengingatkan bahwa ada dia di belahan pulau lain yang ingin berbagi. Eva memberi kabar, suaminya masuk rumah sakit karena tipes. Dia juga membagi fotonya bersama anak dan suaminya via MMS.

Bahagianya melihat seorang sahabat kita memiliki kebahagiaan seutuhnya. Melihat dia, suami dan anaknya berbahagia meski sedang diuji sakit. Cepet sembuh yaa...  :-)

*Itu salah satu foto yang dia kirim*

Ceritakitadotcom

plurk1HARI yang cerah ceria. Subuh ditelpon tiba-tiba sama Bunda Menik. Kirain siapa subuh-subuh telpon! doh *jarang-jarang ada yang nelpon saya subuh-subuh sih*

Menjelang siang, saya kepikiran pengen punya blog sendiri. Gak harus serius, cukup jadi rumah pribadi yang nyaman. Tapi kalo bisa dapatin uang dari blog juga gak nolak.

Atas rekomendasi Bunda Menik untuk ke DJ.com, saya pun mengontak langsung sama dua admin DJ. Memilih paket, walaupun ternyata salah pilih paket. Untung ada admin yang berbaik hati menyarankan ini dan itu, sampe bukain cPanelnya segala! Secara saya gak ngerti blas soal begituan, masih belajar euy! tongue

Sorenya, setelah bertransaksi -ini juga bermasalah karena salah paket hit2cerita-kitadotcom akhirnya launching! peluk*Pasti Bunda Menik bilang  saya LEBAY.

Eniwei, makasih buat Bunda Menik yang dengan sabar menjadi dosen dadakan 2x45 menit, malam itu juga. Untung mahasiswinya jenius yo bun... wahaha

*Ini cuma apdet biar kesannya gak males*
 
Cerita Kita Blog Design by Ipietoon