Menjaga Independensi Blogger

Menarik sekali membaca ulasan dari Koran Tempo yang bertajuk Ramai-Ramai Menggandeng Whizer (Minggu, 10/1). Istilah whizer ini untuk menyebut pegiat aktif media sosial di dunia maya (social media whiz). Pekerjaan seorang whizer (setidaknya) setiap hari membuka situs jejaring soscial, melempar topik (yang masih hangat ataupun yang sudah lewat), menjawab komentar, dan memonitor setiap masukan dan kritik dari pembaca. Setelah itu, whizer akan mendiskusikan semua hasil pantauan dari jejaring sosial bersama pemilik brand. Dari hasil pantauan whizer inilah pemilik brand bisa mengetahui citra produknya di mata konsumen, bagaimana mengatasinya, sampai akhirnya tercipta citra positif terhadap produk tersebut.

Dari ulasan Koran Tempo, sejumlah perusahaan di negara maju ternyata rela merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah untuk membayar whizer! Bayangkan!

Keberadaan whizer di situs jejaring sosial sendiri harus memiliki trik khusus, terutama ketika melempar sebuah topik yang diharapkan mampu menjaring komentar pembacanya. Kalau topik yang dilempar saja tidak menarik, bagaimana bisa seorang whizer menjaring komentar publik?

Karena topik yang disampaikan dengan cara biasa saja, lama-lama akan diketahui oleh pembacanya (publik). Mereka akan berpikir, jawaban mereka digunakan untuk sebuah survei. Meski faktanya apa yang dilakukan whizer juga salah satu bentuk survei, hanya metodenya yang berbeda.

***



Berbicara tentang citra produk, jauh sebelum Facebook dan Twitter booming, pencitraan sebuah produk juga sudah dilakukan oleh blogger melalui blog mereka. Umumnya, mereka mengulas tentang sebuah produk berdasarkan pengalamannya masing-masing. Ulasan blogger ini dinilai lebih jujur dan utuh, karena mereka menulis sesuai dengan yang mereka alami.

Seiring dengan pesatnya laju pengguna internet, sejumlah perusahaan pun kini mulai melirik blog sebagai media promosi. Upaya ini dilakukan dengan menggandeng blogger untuk mengulas sebuah produk.

Pada awalnya, blogger mungkin akan menulis apa adanya sesuai dengan yang mereka alami. Akan tetapi, ketika blogger sudah mulai menerima bayaran atas ulasannya, mau tidak mau akan memengaruhi kualitas tulisan para blogger. Independensi blogger untuk mengulas secara jujur dan utuh akan terkontaminasi. Tulisan pun jadi tendensius.

Tidak hanya itu, dengan semakin banyaknya perusahaan yang tertarik menggunakan metode promosi melalui blog, akan semakin banyak pula tulisan berbayar atau posting berbayar (paid review). Meski paid review berbahasa Inggris yang berasal dari luar negeri sudah lebih dulu menjamur.

Selain perusahaan, dengan besarnya kecenderungan dan minat blogger untuk mengais uang dari internet, saya yakin tulisan berbayar akan semakin bertebaran. Tentu, hal ini sah-sah saja asalkan postingan bukan dari hasil copy-paste.

Tulisan Berbayar = Advertorial??

Sebenarnya, tulisan berbayar sudah lama ada dan dikenal dengan nama advertorial. Isinya pun sama, yakni mengulas tentang sebuah produk atau jasa (bahkan tokoh politik) sesuai permintaan pengiklan (perusahaan/pemilik brand), namun harus tetap mematuhi kode etik jurnalistik.  Hanya saja, komunikasi yang dibangun dari advertorial bersifat satu arah, sedangkan komunikasi dari tulisan berbayar di blog bisa dilakukan dari dua arah. Hal ini karena blog memungkinkan pembaca untuk memberi komentar langsung, baik berisi pertanyaan, masukan, maupun kritikan, sehingga pemilik brand bisa segera melakukan klarifikasi. *Ini pendapat saya, boleh share kalau ada pendapat lain*

***



Semoga dengan kemunculan fenomena whizer, maupun minat perusahaan untuk menggandeng blogger, tidak akan mengurangi obyektivitas dan independensi blogger dalam mengulas sebuah produk ataupun jasa.

Semoga perusahaan yang menggandeng blogger tidak melakukan intervensi dan bersedia memberi kebebasan pada blogger untuk menulis dengan jujur. Dan semoga tidak ada chilling effect terhadap blogger! Yeah, semoga!

13 comments:

  1. ngemeng2 blom ngicipin paid review bu?
    :p

    ReplyDelete
  2. Thie, aku pengen banget mentungi aprie lhoooo :twisted:

    ReplyDelete
  3. iya..jangan lupa reject semua lho ya kl ada tawaran link casino

    ReplyDelete
  4. kalo sudah pernah sukses dgn paid review... biasanya blogger suka lupa sapa independensi :mrgreen:

    ReplyDelete
  5. lha terus nanti ada (*katanya sih*) blogging for money...bijimane dunkz???

    ReplyDelete
  6. INDEPENDENSI HARUS TETAP DIJAGA.
    BUAT APA BERDUSTA.

    ReplyDelete
  7. aku pingin mentungi siapa ya :razz:

    ReplyDelete
  8. :roll:
    itu link ke MP ekeu Neng Ettt... ini artikel ajip jugak. pinjam ke plurk dan FB yak ciiiin...
    tau dah, gwa jugak binun ngapen sih sebenernya gwa blogging. gwa udah berurusan dengan : Butuh Makan sekarang maaah. kyahahahaha......
    :oops:

    ReplyDelete
  9. gag jadi deng, di plurk ajah
    :cool:

    ReplyDelete
  10. pengen menthungi antown!!

    njaluk dollar dong bong...

    ReplyDelete
  11. kalo saya ngeblog masih sebatas untuk mengungkapkan isi kepala...

    ReplyDelete

 
Cerita Kita Blog Design by Ipietoon