Bimba yang Tersesat



Di suatu hari yang cerah, Bimba dan bunda pergi ke pasar yang letaknya di kota. Ini adalah pengalaman pertama Bimba pergi ke pasar. Maklum, Bimba hidup di desa yang pelosok. Jauh dari kota. Dalam setahun, warga di pelosok desa, hanya dua kali pergi ke kota. Wajar saja jika di sepanjang jalan, wajah Bimba tampak senang dan riang.
Sampai di pasar, Bimba pun kaget karena banyak sekali barang yang dijual. Begitu juga dengan orang-orang yang menjual dan membeli barang.
Bimba juga terkagum-kagum dengan banyaknya mainan yang dijual di pasar. Semuanya menarik perhatian Bimba. Tanpa disadarinya, Bimba terlepas dari pegangan tangan Bunda..
“Bunda..bunda di mana? Bundaa...”
Bimba terus mencari-cari Bunda. Bimba baru sadar dia tersesat karena keasyikan melihat mainan yang dijual di pasar. Sekarang Bunda pasti sedang kebingungan mencarinya, pikir Bimba.


Hari sudah siang. Cuaca yang panas menambah kegelisahan Bimba. Sudah dua jam Bimba mencari-cari Bunda, tapi bunda belum juga ditemukan. Bimba mulai ketakutan dan akhirnya menangis sesenggukan di depan sebuah toko.
Paman Kendanu, pemilik toko yang baik hati ini pun menghampiri Bimba.
“Kenapa, Nak? Kenapa kamu menangis? Kemana ibumu?” tanya paman.
“Saya terpisah dari bunda, Paman. Saya asyik melihat mainan, sampai lupa harus mengikuti langkah bunda,” jawab Bimba sambil terus menangis. Bimba kelihatan takut sekali.
“Kamu tenang saja, kamu pasti bisa pulang ke rumah,” paman pemilik toko mencoba menghibur Bimba.
“Benarkah? Bagaimana caranya Paman?” tangis Bimba mulai mereda. Wajahnya pun mulai berseri-seri.
“Nanti paman ceritakan. Hari sudah siang, kamu pasti lapar. Ayo, makan di toko paman saja,” ajak paman.
Bimba pun mengangguk. Dia berjalan mengikuti Paman Kendanu.

Di dalam toko, Paman Kendanu menunjukkan benda kecil yang mirip arloji. Bimba penasaran dengan benda yang dibawa paman.
“Ini namanya kompas. Kamu pernah mendengarnya?”
Bimba menggeleng.
“Kompas ini adalah alat penunjuk arah angin. Dengan berbekal benda ini kamu tidak akan tersesat, meskipun berada di hutan,”
Bimba masih tidak percaya. Bagaimana mungkin benda mungil ini bisa menjadi penunjuk arah?
Dan paman sepertinya tahu isi pikiran Bimba. Paman pun melanjutkan...
“Benda ini memang kecil, tapi banyak manfaatnya. Dengan benda ini kamu bisa mengetahui arah mata angin. Ada empat arah yang ditunjukkan, yaitu utara, selatan, timur, dan barat.
“Coba kamu lihat. Di sini ada jarum yang menunjukkan dua arah. Jarum yang selalu menunjuk ke atas artinya arah ke utara, sedangkan yang ke bawah artinya arah selatan,” jelas paman.
“Wow. Berarti sisi lainnya menunjukkan arah barat dan timur?” tanya Bimba.
“Tepat sekali. Nah, kamu bisa gunakan kompas ini sebagai penunjuk arah jalan pulang,”
Tapi Bimba masih bingung dengan jalan menuju ke rumah. “Paman, bagaimana saya bisa pulang? Saya tidak tahu jalan pulang,”
“Oh, iya, paman hampir lupa. Sebaiknya paman buatkan peta sederhana juga untukmu.”

Lalu, paman pun membuat garis-garis peta di sebuah kertas. Sambil membuat peta, paman bercerita cara membuat kompas darurat.
“Bagaimana cara membuatnya, Paman?”
“Jika kamu punya jarum dan kain sutra, kamu sudah bisa membuat kompas yang bisa digunakan di saat darurat,” jelas paman.
Caranya, kata paman, gosokkan jarum pada kain sutra sebanyak 50-100 kali. Lalu, gosokkan jarum ke rambut supaya jarum mendapat lapisan minyak dari rambut.
Ambil mangkok atau piring yang berisi air dan biarkan airnya tenang. Kemudian, masukkan jarum yang sudah digosokkan ke rambut. Jarum akan mengambang karena sudah dilapisi minyak dari rambut.
“Setelah itu, kamu bisa menentukan arah kompas darurat. Jika kamu berada di selatan, ujung jarum akan mengarah ke utara. Begitu juga sebaliknya,” jelas paman.
Bimba mendengarkan dengan seksama. Dalam hatinya, sesampainya di rumah, Bimba akan membuat kompas darurat seperti yang dijelaskan Paman Kendanu.

Tidak lama, jadilah sebuah peta sederhana dari pasar menuju Desa Baranda, tempat tinggal Bimba. Paman juga menyerahkan kompas dan peta sederhana pada Bimba.
“Terima kasih , Paman. Dengan kompas dan peta sederhana ini saya yakin bisa sampai rumah,” kata Bimba sambil memeluk paman.
“Sama-sama Bimba. Hari sudah hampir sore, cepatlah pulang, ibumu pasti sudah kebingungan mencarimu,” kata paman.

Di jalan, sambil mengamati kompas dan peta, Bimba merasa sangat bersyukur karena sudah bertemu dengan Paman Kendanu. Dari Paman Kendanu, Bimba banyak memperoleh pengetahuan baru. Bimba berjanji, jika Bunda mengajaknya ke pasar akan mampir ke toko Paman Kendanu lagi.
Tidak terasa, ternyata Bimba sudah sampai di pinggir desa tempat tinggalnya. Bimba senang sekali. Dia berlari-lari menuju rumahnya. Bimba tidak sabar bertemu bunda dan berbagi cerita tentang kompas barunya.


*************************************************************
-- Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Cerita Anak (Dongeng) 2011 yang diadakan sarikata.com.


* Terinspirasi dari berita anak hilang.
** Rujukan tentang cara membuat kompas darurat: http://yaiks.wordpress.com/2010/03/05/membuat-kompas-darurat/

19 comments:

  1. Hai...hai... saya juga berniat ikut kontes ini, tapi belum pede hehehe.
    Terima kasih sudah mampir ke tempatku yaa...

    ReplyDelete
  2. Hehe.. Ayo mbak, kurang dua hari lagi. Kalah menang nggak masalah, yang penting ikutan.. :smile:
    Makasih juga yaaaa sudah sudi main ke sini.. :)

    ReplyDelete
  3. Namanya lucu..
    Lagi bimba(ng) ya? :)

    ReplyDelete
  4. wah pintar bercerita juga neh mba ;) . langsung ke tkp ah, mungkin saya bisa ikutan jg hehe

    ReplyDelete
  5. sapa bilang anak desa itu ketinggalan yaa,,
    dengan kemandirian yang mereka miliki dari kecil,, bimba sudah pasti bisa pulang ke rumah dengan kompas dan peta :|

    ReplyDelete
  6. Good luck ya, Salam kenal maaf baru berkunjung

    ReplyDelete
  7. Ceritanya cerdas.. ada pengetahuan tentang teknologi sederhana ;-)

    ReplyDelete
  8. Bukaan, tiba-tiba inget Bimbo. Jadi diplesetin jadi Bimba.. :grin:

    ReplyDelete
  9. Masih belajar mbak.. Ayoo ikutan, mumpung masih ada waktu :smile:

    ReplyDelete
  10. semoga bimba ga tersesat lagi ya...salam kenal mbak ethie..

    ReplyDelete
  11. ikutan kontes ya, saya juga pingin tapi blm pede buat bikin cerita pendek / dongeng :|

    ReplyDelete
  12. nice post... senang bacanya saya :)

    ReplyDelete
  13. Haduh tante kecil, aku kesasar. Minta duitdong buat naek taxi. 2ratus ribu ajaaaa. Jangan pelittante, nanti anaknya ikut pelit lho.

    ReplyDelete
  14. ide ceritanya cerdas, dari kisah nyata jadi dongeng bimba

    ReplyDelete
  15. Iyah mbak.. Bimba si anak kampung yang cerdas kok.. :D

    ReplyDelete
  16. Terima kasih Mbak Julie.. :smile:

    ReplyDelete
  17. Waahhh makasih mas MT. Cerita sederhana saja kok, masih belajar.. :grin:

    ReplyDelete

 
Cerita Kita Blog Design by Ipietoon