Jika di dunia nyata perempuan dianggap lebih suka berbelanja, demikian pula di dunia maya. Kaum perempuan akhir-akhir ini seolah menjadi tolok ukur untuk menentukan target pasar di dunia maya. Karena perempuan diyakini memiliki daya beli yang potensial ketimbang laki-laki. Benarkah? Bisa jadi.
Saat ini banyak sekali online shopping yang menyajikan berbagai macam kebutuhan perempuan, mulai dari kebutuhan yang remeh temeh sampai kebutuhan yang besar. Pun halnya barang-barang kebutuhan yang berkaitan dengan perempuan, misalnya, barang-barang kebutuhan bayi.
Maka, tidak mengherankan jika kemudian perusahaan yang cerdik seperti Amazon.com meluncurkan program Amazon Mom tahun lalu. Amazon menyadari bahwa perempuan merupakan konsumen terbesar di dunia maya. Karenanya, Amazon berusaha mewujudkan apa yang ‘dimau’ oleh kaum perempuan. Salah satunya, dengan menyediakan keperluan perempuan sebagai ibu di online store-nya.
Akankah perempuan selamanya dianggap sebagai konsumen yang hanya senang menghabiskan waktu dan uang untuk berbelanja di dunia maya? Tentu sebagai perempuan, saya jawab: TIDAK!
Menghadapi era digital, kaum perempuan memang dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi dan informasi terkini. Paling tidak, perempuan bisa memanfaatkan internet untuk kegiatan yang positif.
Adalah Fahira Idris yang sudah membuktikannya. Di saat kekerasan antarumat bergama tengah memuncak, Fahira hadir menjadi pengguna social media yang cerdas. Melalui akun Twitter-nya, Fahira menyampaikan pertanyaan pada FPI dengan kalimat yang halus, tanpa emosi. Meski pada saat itu banyak sekali yang menghujat ormas ini melalui akun Twitter dan social media lainnya.
Beberapa tweet dari Fahira Idris adalah “Dear FPI, bila memang itu tindakan kalian, apakah kalian yakin sesuai dengan perilaku Nabi Muhammad.”
Lalu ada lagi, “Dear FPI, Islam cinta damai bukan kekerasan.”
Melalui akun Twitternya juga, Fahira berhasil mengajak ribuan pengguna social media, terutama twitter untuk menyampaikan surat pada FPI. Dia juga mengadakan dialog langsung dengan FPI. Semua dilakukan demi dan hanya untuk menciptakan kedamaian.
Karena ajakannya untuk menciptakan kedamaian melalui Twitter, Fahira Idris pun didaulat sebagai The Most Inspiring Tweeter. Fahira Idris (@fahiraidris) terpilih sebagai Tweeps yang paling memberikan inspirasi bagi pengguna lainnya.
Tentu masih banyak lagi kaum perempuan yang memanfaatkan internet untuk kegiatan-kegiatan sosial.
Lalu bagaimana perempuan memanfaatkan internet di era digital seperti saat ini?
Era digital memiliki dua sisi, terutama bagi seorang ibu. Selain memanfaatkan internet untuk kepentingan dirinya sendiri, seorang ibu juga harus memerhatikan dampak internet bagi anaknya. Ibu harus bisa membagi waktu dan perannya sebagai perempuan di era digital sekaligus melindungi anaknya dari pengaruh negatif internet, seperti konten pornografi maupun games yang penuh dengan kekerasan.
Untuk itu, ibu juga harus mengerti pemanfaatan internet secara sehat, antara lain:
- Internet sebagai sarana memperluas wawasan
Kaum perempuan, terutama ibu rumah tangga yang harus stay at home bersama anak-anaknya, bukan berarti ketinggalan informasi atau perkembangan dunia terkini. Apalagi acara televisi kita lebih banyak didominasi acara-acara seperti infotainment dan sinetron. Mau tidak mau, kaum perempuan harus menggali informasi dan memperluas cakrawalanya melalui media yang lain, salah satunya internet. Cukup dengan membuka Google, jutaan informasi bisa diakses. Termasuk ketika harus mencari informasi berkaitan dengan perkembangan anak ataupun buku-buku. Saat ini, sudah tak terhitung ibu-ibu yang berbagi informasi kekeluargaan, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya melalui internet.
- Internet sebagai sarana bergaul dan menambah jejaring
Saat ini sudah banyak tersedia jejaring sosial (social media) yang memungkinkan kita sebagai pengguna untuk terhubung dengan jutaan manusia dari belahan dunia manapun. Salah satu yang booming dan banyak digandrungi adalah Facebook dan Twitter. Selain bisa menemukan teman lama dan teman baru, dari social media kaum perempuan juga bisa memanfaatkannya untuk berbagi tentang berbagai hal. Mulai dari sharing informasi menulis sampai resep masakan. Semua bisa dilakukan di social media.
- Internet sebagai sarana mengembangkan kreativitas
Sudah tidak terhitung banyaknya jumlah perempuan yang terlibat dalam komunitas kreativitas, seperti komunitas merajut, sketsa, menulis, memasak, handycraft dan masih banyak lagi. Semuanya dilakukan melalui internet. Mereka berdiskusi dan berbagi tentang berbagai hal. Sampai pada acara temu muka (kopdar) dalam event bulanan maupun event besar berupa pameran-pameran.
Bukan tidak mungkin, pada saatnya, kaum perempuan juga bisa menciptakan inovasi baru di bidang teknologi dan informasi. Sehingga, kaum perempuan tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga pencipta teknologi.
- Internet sebagai sarana gerakan sosial
Hal ini seperti yang dilakukan oleh Fahira Idris. Tentu saja, kaum perempuan lain pun bisa melakukan gerakan sosial dengan tema yang berbeda. Misalnya, ketika kita telah mampu untuk memanfaatkan internet, tentunya kita juga ingin berbagi dengan perempuan lain yang belum sempat mengenal internet. Gerakan sosial ini bisa dilakukan dengan menyelenggarakan pelatihan dari kelompok terkecil di sekitar lingkungan kita. Semakin banyak perempuan yang melek internet, aspirasi dan permasalahan seputar perempuan akan terakomodasi dan disampaikan dengan lebih cepat. Lagipula, bukankah berbagi tak pernah rugi?
Dengan begitu besarnya peranan kaum perempuan di era digital, Ibu Kartini pasti bangga 'di sana'. Beliau akan bangga melihat begitu pesat kemajuan emansipasi perempuan. Tidak hanya pemikiran yang semakin maju dan kesetaraan gender, kini kaum perempuan pun bisa berjuang menyuarakan dan melakukan gerakan sosial baik dalam kehidupan nyata maupun melalui dunia maya sebagai Kartini-Kartini digital.
So, masih ragu dengan kemampuan para Kartini Digital?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment